Ketika kita mau saling belajar, Salatiga Part II
Salatiga Part II
Berbekal rasa percaya diri secukupnya, dan prinsip biarkan seperti air mengalir..rombongan kami melaju dengan kecepatan seadanya menuju Ngawen, Salatiga dari Semarang. Maklumlah, karena aku masih terbayang-bayang dengan berita bahwa Pati (kota kelahiranku) Banjir.
Sesampai di Salatiga, detik demi detik, menit demi menit aku mencoba mengamati proses yang terjadi di kelas. Siapa saja, latar belakang peserta dan karakteristik masing-masing diantaranya.
Ini merupakan pengalaman yang kesekian bagiku untuk melatih/ memfasilitasi pelatihan, namun kali ini terasa berbeda karena aku merasa seperti pulang kampung. Tak sedikitpun kecemasan yang dari tadi membuatku gelisah.
Bahasa, pembicaraan, taste makanan, sampai cara gojek (baca bercanda) bagaikan mengantarkanku pulang ke Pati. Yes, Iam here. Dengan perkenalan seadanya, aku mulai mengenali bahwa pada dasarnya sebagian besar diantara peserta memiliki berkarakter sanguinis. Humoris, suka bercanda, terkadang lupa diri dari cara bercanda maupun bertingkah laku membuat suasana kelas selalu hidup. Setiap fasilitator yang ada hanya perlu mengolahnya agar karakter dominan ini bisa membuat hasil positif.
Hal yang kurasakan adalah, perasaan mau saling belajar yang dimiliki oleh setiap peserta....positif thinking yang membuat lingkungan belajar menjadi menyenangkan.
Walaupun ada sebagian yang sedikit "nyeleneh" tapi bisa dihandle. Ini adalah hasil dari keberhasilan penyatuan peserta menjadi satu. Salah satunya karena 31 peserta yang ada adalah peserta yang telah menyatu dalam Pelatihan KSR dan Spesialisasi sebelumnya. Keceriaan yang tercipta adalah bukti bahwa pelatihan menumbuhkan rasa untuk menerima perubahan dan perbedaan yang tercipta sehingga meminimalisir dominansi atau egoisme pribadi.
Saya sangat salut dengan keceriaan yang tercipta serta 2 lagu paling kocak..Judulnya Mars Pelatihan dan Mba Yuli...
Belum ada Komentar untuk "Ketika kita mau saling belajar, Salatiga Part II"
Posting Komentar