Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak
Hari ini aku terpaksa mengajak Aliandra,
yang sekarang berusia dua tahun ke kantor. Masalah klasik yang mendera para
keluarga ketika lebaran tiba. Sekolah belum aktif, pengasuh tidak ada. Jadi si
anak yang biasa diasuh oleh penasuh atau sibuk bersekolah jadi tidak ada yang
menemani. Kebetulan Zahira sudah mulai masuk hari ini, namun Aliandra –TPAnya belum
mulai masuk. Plus sebenarnya dia sedang kurang enak badan, agak sedikit demam dan
sepertinya mau flu. Akhirnya keputusan membawanya ke kantor dengan segala
resiko ketidaknyamanan aku ambil.
Datang di tempat baru dan
dipenuhi dengan orang-orang asing tentunya pengalaman yang tidak mudah untuk
anak se-usia dia. Di usia seperti ini, si anak biasanya memerlukan waktu untuk
bisa “dekat” dengan seseorang. Dan betul juga perkiraanku, yang ada seharian aku
tidak bisa memegang pekerjaan sekecil apapun di kantor. Untung saja ini adalah
hari pertama masuk setelah lebaran, jadi ibarat mesin baru dinyalakan, belum
panas, sehingga masih dimaklumi kalau banyak yang masih santai-santai bersilaturahmi
khas lebaran dan bahkan memperpanjang cuti lebaran dengan alasan yang beragam.
Seharian itu aku sibuk
menenangkan Al yang sedikit-sedikit nangis dan ngambek karena diledekin oleh
teman-teman kantorku. Maklum di kantor ini, mayoritas karyawanannya berusia
dewasa yang rata-rata sudah tidak memiliki anak kecil. Sehingga sangat jarang
ada anak kecil, gemuk dan menggemaskan seperti Al datang ke kantor. Namun ada hal yang cukup unik
yang bisa kulihat dari pengalaman tersebut. Aliandra anak yang termasuk sulit/
difficult dengan karakter khasnya yang suka nangis atau bahkan meraung-raung
jika tidak sesuai dengan hatinya. Dari sekian banyak karyawan yang ada,
rata-rata dia lebih menyukai untuk bersalaman dan bermain dengan laki-laki
dibanding dengan ibu-ibu atau karyawan perempuan. Ada seorang Bapak, rekan
kerjaku yang mengajak Al kejar-kejaran, ada juga yang mengajak karate-karatean.
Trik tersebut ternyata lebih efektif untuk memenangkan hatinya daripada biskuit
coklat lezat yang diberikan cuma-cuma untuknya (hehehe). Cukup menggelitik
melihat hal ini.
David R Shaffer dalam bukunya
Social and Personality Development (Shaffer, 2005) 5th
Edition di halaman 148 menyatakan ayah memiliki peran penting sebagai attachment object. Salah satu peran dari
ayah di fungsi keluarga modern yaitu sebagai teman bermain, khususnya jika sang
ibu bekerja dan mereka berasumsi harus ada yang menggantikan fungsi caregiver tertentu pada anaknya. Ditambahkan pula, saat ini peran pengasuhan
yang dilakukan ayah telah berkembang tidak hanya sebatas itu, tetapi juga
sampai penyiapan kebutuhan anak seperti mandi, diapering and soothing a distress infant.
Peran pengasuhan seperti itulah
yang suamiku lakukan pada kedua anak kami, khususnya pada Aliandra. Ini memang permintaanku
kepadanya untuk bisa dekat dengan anak-anak. Dan mau tidak mau memang kami
berdua harus turun langsung menangani mereka berdua dengan tidak adanya
pengasuh di rumah. Dan bagi putra kami, kedekatan dengan ayahnya menjadi sangat
penting, khususnya dalam mengeksplore aktivitas fisik seperti berolahraga,
bermain layang-layang, dan aktivitas lainnya yang berhubungan dengan alam.
“ Children who are secure with their fathers also display better
emotional self-regulation, greater social competencies with peers, and lower
problem behaviour and delinquency throughout childhood and adolescence” (Cabrera
et al.,2000 dkk dalam (Shaffer, 2005) )
Dari pengalaman di atas,
kedekatan Aliandra pada ayahnya ternyata berdampak pada preferensi Aliandra
dalam memilih “teman dan cara bermain” di kantorku, walaupun dengan usia tidak sebaya
dengan dia. Tentunya dengan mengabaikan pernak-pernih tangisan dan raungan khas
anak pada periode tantrum yang masih melekat padanya.
Nah pertanyaan selanjutnya apakah
kemudian dia hanya mendapatkan sisi maskulin dari pengasuhan ayahnya? Bagaimana
dengan peran ibu? apakah juga menjadi tergantikan dengan kedekatannya pada sang
Ayah. Tentunya ini bisa menjadi bahan pembahasan selanjutnya.
Yang terpenting adalah, peran
ayah itu sangat penting bagi perkembangan anak. Dia tidak lagi berperan minor
dalam proses kehadirannya di dunia dan kemudian memberikan pemenuhan kebutuhan
fisik melalui pemenuhan kebutuhan sehari-hari bagi sang anak. Namun dia juga
menjadi role model yang sangat penting
bagi perkembangan sang anak.
Dan untuk suamiku, terimakasih
atas kesediaanmu untuk dekat dengan anak-anak kita dan tetap menjadi the best man of our family.
Pagi dini hari, 29
Agustus 2012
Belum ada Komentar untuk "Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak"
Posting Komentar