DIAM itu EMAS dan JEDA adalah CINTA
Hampir
10 tahun menjalani hidup bersama, menyimpan cerita yang unik, menarik dan tidak
membosankan untuk dikenang. Ada bahagia, sedih, rindu, galau, patah hati, cemas,
penasaran dan beribu judul emosi yang ada. Pernikahan adalah tentang belajar
mengenal manusia. Seberapa baik-kah kita sebagai individu dan seberapa
pengertian kita untuk berbagi dengan manusia lain dalam dunia bernama rumah
tangga.
Berbagi,
tidak hanya sekedar fisik, emosi dan perilaku pun menjadi berubah. Kata orang,
kalo jodoh maka akan jadi mirip. Baik itu fisik maupun perilaku.
Kenapa
mirip, karena kita mencoba memahami dan mencoba menyesuaikan diri.
Dalam
hal komunikasi, semakin lama berhubungan dengan pasangan hidup, belum tentu
kita bisa melakukan tehnik komunikasi yang benar.
Ketika
emosi negative hadir, kadang kala kita lupa untuk bisa berbicara dengan benar
dan baik. Ucapan sumpah serapah dengan nada yang tidak bisa dibilang halus pun
bisa terlontar secara otamatis.
Namun,
komitmen bersama, memberikan kita batasan untuk bisa menghormati pasangan kita.
Minimal
itu yang bisa saya rasakan.
Seperti
hari kemarin. Saya dan suami pulang
kantor bersama. Awalnya kami bicara ringan tentang berita terbaru yang sedang
beredar, mulai dari begal, perbaikan jalan tol, jadwal UTS anak, sampai riuh
rendah berita #saveAhok di media. Hingga isenglah saya membuka-buka group chatnya
dan menemukan sesuatu yang langsung membuat saya marah. Langsung saja saya
melontarkan protes keras karena hal tersebut. Saya ingin memberikan pesan bahwa
saya tidak suka dengan apa yang sudah dilakukannya di group chat. Namun, entah
kenapa, saya sepertinya tidak menemukan kata yang cukup baik untuk bisa
membuatnya mengerti, jika saya benar-benar marah.
KEMUDIAN…
Saya
berbicara sambil memberikan jeda. Mencari kata yang tepat, yang baik, menemukan
makna yang pas kalo saya itu tidak suka…..(sensor), dan tidak ingin dia
mengulangi lagi hal tersebut. Beberapa kali saya berbicara dengan memberikan jeda
yang cukup panjang, ketika saya berusaha mengontrol emosi saya. Sedetik saja…dan
pada saat saya tidak bisa meneruskan kata-kata….Akhirnya saya memutuskan untuk
Diam.
Diam
yang cukup lama, dari mulai perjalanan 30menit di mobil, sampai semalaman di
rumah dan keesokan harinya.
Tentu
saja, hal ini membuat kami sedikit beda. Ciuman, pelukan dan salim yang biasa
dilakukan juga jadi agak canggung. Namun hari ke-2, somasi saya membuahkan
hasil. Yesss
Suami
saya mengucapkan kata sayang, dan minta maaf, memang tidak secara langsung tentang
“item” somasi saya, tetapi paling tidak, Diam dan Jeda yang saya lakukan
berdampak positif untuk komunikasi kami berdua.
Diam
adalah emas dan Jeda adalah Cinta, terbukti nyata dalam hubungan kami.
Dan
sekarang, saya menemukan pelajaran baru dalam pola komunikasi kami berdua.
Belum ada Komentar untuk "DIAM itu EMAS dan JEDA adalah CINTA"
Posting Komentar