(Memilih) Bahagia dengan (Satu) Istri Tercinta
Semakin
maraknya dunia smartphone, semakin memudahkan kita untuk berjejaring social.
Bertemu dengan kawan-kawan lama, baik sesama teman SMA, kampus, maupun
organisasi sosial. Kemudian yang terjadi adalah saling sharing ilmu, ide bisnis, kenangan indah dan lain-lain. Yang kemudian
membuat ramai adalah kemudahan untuk share foto lama, meymey dengan background foto
kita/ teman yang kemudian diberi teks di bawahnya.
Di
minggu ini, saya mendapatkan beberapa
foto yang tersebar di banyak group medsos yang saya miliki. Menarik, menurut
saya. Paling tidak ini menggambarkan banyak orang yang senang dengan isi foto
tersebut. Contohnya seperti ini.
- · Foto pertama : Background 2 perempuan cantik (sekali), hijab style, dan message di bawahnya. Abang, jangan lupa sholat ya
- · Foto Kedua : Background 4 perempuan cantik (sekali), hijab style, dan message nikmatnya kalo yang jadi makmum kita seperti ini
Selain
kedua foto itu, juga beragam foto dengan message yang hampir serupa yaitu :
- Ada perempuan-perempuan cantik, lebih dari Satu
- Hijab style
- Disertai messagenya di bawahnya (ingin melindungi, nikmatnya memiliki makmum, dll)
Setiap
kali ada foto-foto tersebut terposting, otomatis ramai komentar dari netizen
cowok terutama, yang ujung-ujungnya mengarah ke poligami.
Pagi
ini, saya mencoba menanyakan kepada suami saya. Kenapa lelaki suka sekali dengan
perbincangan seperti itu? Kenapa ADA orang yang iseng, selalu menggunakan model
perempuan muslim yang cantik? Dan kenapa poligami menjadi sebuah isu yang
sangat menarik untuk diikuti? Terus terang sebagai perempuan, saya ingin
mengerti pola berfikir laki-laki kenapa hal ini menjadi menarik untuk mereka.
Jawabnya
dengan polos, sepertinya 100% lelaki suka dengan isu poligami. Dan saya jawab,
berarti kamu termasuk ya? Dan langsung dijawab, ah nggak 99%, eh salah 100%.
Dan langsung pembicaraan pagi ini memanjang karena, meskipun ide ini adalah hal
yang iseng, konyol dan sebagainya, saya menangkap adanya interest yang sadar
yang berkembang di kepala para lelaki.
Terlepas
dari pro kontra perdebatan tentang poligami, baik dari kajian sosial,
psikologis dan religi, saya ingin berbagi ide tentang (Memilih) Bahagia dengan
(Satu) Istri Tercinta, dengan pertimbangan berikut ini.
a. 100 % I LOVE U FULL
Memberikan cinta yang seutuhnya pada
seseorang, yang mana kita bisa menghabiskan sisa hidup kita dengannya,
berseteru bersama dalam keindahan, menggali ide yang tidak pernah habis dan
(memilih) bahagia dengan (satu) istri tercinta.
Ketika kita jatuh cinta, seluruh perhatian
kita tertuju padanya. 100% I love you full memberikan energy, perasaan, dan
perilaku kita mengarah pada satu orang. Akan menjadi indah dan merasakan
kebahagiaan ketika dia-pun merasakannya. Menjadi peak eksperiens ketika
akhirnya kita berkomitmen sehidup semati dengan 100% cinta kita tersebut
b. Berbuat “Adil” dalam mencintai
Pengalaman berbagi cinta telah saya alami,
sangat nyata, ketika saya memiliki anak kembar. Di waktu yang sama, saya harus
berbagi ASI, perhatian, kasih sayang untuk mereka. Ketika definisi cinta adalah
(selalu) hadir di saat kita membutuhkan, saya (berusaha) hadir untuk mereka
berdua. Berbagi cinta yang saya lakukan, ketika saya memeluk Shafa, tangan saya
yang lain membelai Marwa. Dan percayalah, berbagi cinta seperti itu tidaklah
bisa adil. Meskipun katanya kasih ibu tak terhingga, sepanjang masa, namun di
hati kecil saya, saya meminta maaf kepada si kembar, karena perhatian saya
terbagi, untuk mereka berdua.
Apalagi jika lelaki ingin membagi cinta
(poligami) dengan dasar (katanya) ingin melindungi perempuan cantik yang muda, dengan
segala nafsu dan keinginan yang mereka miliki, keadilan itu adalah sebuah
esensi yang akan mustahil dapat membawa mereka ke dalam syurga di akhirat.
c. Poligami atau extramarital?
Serunya
ketertarikan lelaki membahas topic cinta dengan banyak perempuan, menurut saya
adalah bentuk coping mereka atas
keinginan untuk dicintai lebih. Ketika pengalaman cinta pra atau after
pernikahan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka butuhkan, maka pilihan
ini kemudian bisa jadi akan diambil. Sejatinya, lelaki harus hati-hati dengan
perasaan ini. Karena bisa jadi bukan ide poligami namun extramarital yang
berkembang dalam pikirannya.
Bagi seorang
muslim, sangat jelas definisi dan batasan-batasan dari poligami yang pastinya
akan berlaku “benar” bagi seluruh makhluk. Namun, keterbatasan manusia, bisa
jadi membuat-nya memelintir arti dan kebaikan dari poligami versi Islam. Banyak
referensi yang bisa digunakan untuk memperdalam hal ini, jadi tidak akan saya
kupas disini.
Lalu
bagaimana dengan extramarital? Perilaku extramarital merupakan sebuah
pelanggaran terhadap komitmen dan janji pernikahan monogami yaitu dengan
menjalin hubungan di luar pernikahan secara diam-diam. Seiring dengan berkembangnya jaman, perilaku ini seolah menjadi wajar dilakukan meskipun bertentangan dengan norma yang ada.
d. Tidak (mudah) menyerah untuk bahagia
Manusia
terlahir dengan membawa nafsu yang menjadikannya tidak puas dengan segala
sesuatu. Sifat negative tersebut terbawa dalam banyak hal. Tak terkecuali dalam
percintaan. Maka agama-pun hadir untuk menjadi penerang. Satu hal yang saya
yakini, bahwa kebahagiaan itu adalah perasaan yang harus dinikmati. Mencapainya
harus diusahakan. Meskipun susah ataupun senang, dengan pasangan yang kita
miliki, adanya semangat mempertahankan rasa bahagia dengan (satu) pasangan itu
wajib dimasukkan dalam komitmen pernikahan.
Kita pasti paham dalam ilmu pertanian, merawat lebih sulit daripada
menanam. Kita bisa mendapatkan bibit yang unggul, tapi kemudian untuk bisa
menikmati buah dan daun yang indah, kita harus bisa merawatnya dengan penuh
kesungguhan. Hingga jangan menyerah
untuk bahagia (dengan 1 pasangan) adalah satu keniscayaan.
e. Menikmati perbedaan
Menikah dengan 1
orang, tidak menjamin kita selalu sehati dengannya. Seringkali muncul banyak
perbedaan dan sifat negative yang baru diketahui setelah pernikahan. Saya
merasa, poligami dengan dasar nafsu adalah bentuk ketidakmampuan manusia dalam
menghadapi perbedaan. Padahal, perbedaan adalah sebuah hal yang pasti ada. Kita
hanya tinggal menikmati perbedaan tersebut. Hidup tidak selalu harus sama,
terkadang harus seperti sepasang sepatu, meskipun tak menghadap ke arah yang
sama tetapi selalu bersama menuju ke tempat yang baru. Menikmati perbedaan akan
membawa sepatu itu merasakan pengalaman-pengalaman baru yang tidak mungkin akan
bisa dialami jika dia memaksa mencari sebelah sepatu yg sama (sepatu kanan mencari sepatu kanan juga).
Penutup
dari saya tentang tulisan ini, (Memilih) Bahagia dengan (Satu) Istri Tercinta bukanlah
sebuah coping yang saya buat dari
maraknya arus lelaki ingin berpoligami. Sekali lagi itu adalah sebuah pilihan.
Meskipun sebuah penelitian membuktikan bahwa lelaki dengan IQ tinggi memilih
untuk setia, namun saya yakin bahwa ketika kita telah menemukan sebuah cinta
dan kemudian kita diberi kemudahan untuk membuatnya sempurna dalam ikatan
pernikahan, bukankah ini adalah sebuah anugrah yang luar biasa untuk selalu
dijaga?
Belum ada Komentar untuk "(Memilih) Bahagia dengan (Satu) Istri Tercinta"
Posting Komentar