Satu, Dua, langsung Empat : Saatnya Banting Stir

Jakarta, 19 Maret 2015

Saat kecil, aku bermimpi menjadi seorang putri yang tinggal di istana yang indah, di dalam menara yang tinggi dan ditemani dengan pakaian dan perhiasan Indah. Setiap minggu, ditemani dengan putri-putri kerajaan yang lain, bermain di danau kerajaan, dan menikmati makanan yang enak. Kemudian, aku menikah dengan pangeran tampan yang memiliki tongkat ajaib yang membawaku pergi ke Jepang. Jleb. Dari kisah dongeng kok sampai ke negeri Jepang ya. (Menyimpan doa untuk yang ini plus datang ke kota sejuta ummat pastinya. Semoga menjadi kenyataan kelak. Aamin)

Ternyata, ketika saya membuka mata, saya tengah jatuh cinta dengan pemuda sederhana, namun tampan yang hari lahirnya hanya terpaut satu hari denganmu (bagiku itu istimewa). Tidak ada kereta kuda apalagi sepatu kaca. Semuanya menjadi sempurna ketika ketidaksempurnaan kita menjadi begitu berharga di hadapannya. Satu di tambah satu konon katanya adalah dua. Namun, dalam pernikahan satu ketidaksempurnaan ditambah satu ketidaksempurnaan mampu menjelma menjadi sebuah hidup dengan balutan kasih sayang yang sempurna. Jangan berfikir dengan logika, karena kita tidak akan pernah menemukan jawabannya. Buktikan dan nikmati saja.... (colek para jombowan dan jomblowati)

Nah, ketika sudah menjadi sang Ratu istana, apakah kemudian mimpi kita akan berhenti? Tidak, ternyata roda kehidupan menawarkan kita beragam pilihan. Tetap menjalani karir dengan segudang prestasi, atau mencoba dunia lain_peruntungan lain untuk menggali kreativitas kita. Dengan bekerjasama dengan sang Raja, maka mimpi sang Ratu tidak harus berhenti di tengah jalan. Saya bersyukur, cukuplah saya merasakan nikmatnya menjadi wanita yang berkarier di luar rumah. Berjibaku dengan deadline, keriuhan hiburan kota, kemampanan prestasi dan tentu saja berpeluh dengan debu jalanan ibu kota. Hidup ini keras sahabatku, semua kegembiraan harus diperjuangkan dengan keringat dan akal yang berfikir keras. Hingga kemudian, roda perjalanan menghantarkanku tiba di persimpangan jalan.

Persimpangan jalan, pilihan dan keputusan
Pernahkah engkou berjalan lurus namun kemudian menemukan persimpanan jalan. Membuat pilihan dan kemudian mengambil keputusan adalah satu-satunya jalan. Kehidupan bertubi-tubi menyajikan hal ini. Dan bagi saya, memilih "banting stir" adalah satu-satunya pilihan yang masuk akal. Ketika tidak hanya satu, dua tapi langsung empat "berlian" yang diamanahkan, maka beribu aktivitas menggiurkan lainnya harus digugurkan.

Jadi apakah yang harus kita siapkan untuk menghadapinya?
  • Bersiap
Pengendara yang baik akan meningkatkan radar kesiap-siagaannya ketika menemukan jalan yang baru. Kaki, tangan, mata dan fikirannya bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Sang putri tidur pun akan segera terbangun ketika dia dihadapkan pada hal ini. Tidak perlu menunggu kecupan manis dari sang pujaan hati. Hidupnya telah dipertaruhkan, kenyataan harus dihadapi.
Ketika saya "banting stir" menjadi "full time mommy", saya menyadari bahwa saya harus siap menghadapinya. Usaha adalah sebuah proses, namun keyakinan menjadi modal utama untuk memulainya. 
  • Terus melaju
Jalan yang baru, pengalaman baru, kehidupan yang baru, hanya membutuhkan adaptasi dan penyesuaian diri. Konon, manusia adalah makhluk yang paling mungkin berdamai dengan perubahan. Dan dari beragam makhluk yang ada, perempuan adalah satu jenis yang paling istimewa dalam menghadapi sebuah situasi baru, tekanan, dan penyesuaian. Ribuan fakta telah mengabarkannya.

Kesabaran menemani perjalanan untuk terus melaju menemukan jalan yang lebih baik. Ambil ancang-ancang untuk menaikkan "gigi" atau menginjak kopling agar perahu tidak oleh. Sabar dan ikhlas menjadi roda-roda penjaga keseimbangan perjalanan ini.

  • Temukan kebahagiaanmu
Setiap jalan yang baru, tidak otomomatis benar. Bisa saja kita tersesat tak tentu arah. Tapi sebuah pilihan yang telah diambil adalah sebuah kenyataan. Dan karena waktu tidak bisa berjalan mundur, maka mencari sebuah naungan adalah sebuah jalan keluar. Kebahagiaan menjadi sebuah tujuan dan pemandangan yang mewarnai hidup kita. Dia bisa didefinikan dalam sebuah karya, yang pasti bisa dilakukan jika kita mau melakukannya dengan sungguh-sungguh.

Persimpangan jalan adalah sebuah kenyataan. Ketika kita dihadapkan pada pilihan, membangting stir, menemukan jalan yang benar-benar baru adalah sebuah tantangan yang mampu memberikan jawaban. Bagi saya, ini adalah sebuah cerita, yang keindahannya hanya terbalut dalam figura yang disebut bahagia.

4 Komentar untuk "Satu, Dua, langsung Empat : Saatnya Banting Stir"

Relita Aprisa mengatakan...

Hidup memang pilihan yaa mba, semoga Allah selalu membimbibg kita untuk memilih yang terbaik. Aamiin

eha mengatakan...

Memang banyak persimpangan yg kita temui sepanjang jalan. Siap atau tidak, keputusan harus tetap diambil. Berharap, keputusan tepatlah yang kita ambil :)

Hapsari Adiningrum mengatakan...

Saat banting stir, inget jalan yg dilalui bukan jurang. Jadi aman laju berikutnya. Makasih sharingnya mba

bunsal mengatakan...

Saya bisanya banting stang, belom bisa nyetir soalnya.
*eh

BW awal pekan ni Mbak Yuli.

Salam kenal yaaa.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel