Jika ini adalah Ramadhan Terakhirku


Tulisan ini terbersit dari judul sebuah tulisan yang berseliweran di media sosial. Menjelang bulan ramadhan, banyak sekali kalimat religius yang bertebaran di seluruh group-group beken. Termasuk postingan tentang hal ini. Dari mulai group alumni SD, SMP, SMA, SMA Kelas 1-2, Alumni SMA domisili satu kota, Alumni kuliah S1, Alumni organisasi kemahasiswaan ke-1 semasa S1, Organisasi ke-2 semasa S1, Mantan temen kerja, Group Mantan gebetan (eeh..eits, kalo ini asli kekhilafan, typo aja ini). Hehehe.
Motivasi religius itu bisa jadi menandakan betapa arifnya si pengirim pesan. Meskipun, akhirnya kamu pun bisa menghitung hanya ada 1-2 atau 3 jenis pesan. Alias, kebanyakan orang hanya copy-paste, dan bahkan tidak sempat membacanya hingga tuntas, lalu langsung di share kembali.
Dalam beberapa kesempatan, saya juga “ngumumi” perilaku itu. Toh, yang dikirim adalah doa yang baik. Semakin banyak yang menmbagikan maka semakin baik. Namun, sebuah postingan “Jika ini adalah Ramadhan terakhirku” menggelitik saya.
Rasa empati saya seketika bangkit, memikirkan diri sendiri yang sebentar lagi memasuki usia kedewasaan. Ceileh.
Lalu, apa yang bisa saya persembahkan untuk hidup dan matiku, jika ini adalah ramadhan terakhirku?

1.     Permohonan maaf
sumber : islamindonesia.id



Sudah tentu, setiap manusia pernah berbuat salah. Hal pertama yang saya lakukan adalah meminta maaf. Pada ibu yang melahirkan saya, pada almarhum bapak dan mendoakan agar beliau tenang di sana, pada suami yang mencintai saya, pada anak-anak yang sering mendapatkan kasih sayang yang terkadang berbonus kemarahan, dan kepada para saudara dan sahabat.

Melalui tulisan ini, saya dengan tulus mengucapkan mohon maaf jika pernah melakukan kesalahan. Baik disengaja maupun tidak.

2.     Menjernihkan pikiran

Cek hati = Menjernihkan pikiran
sumber : buyunguda.files.wordpress.com

Ibu dengan berjuta peran pasti memiliki milyaran isi pikiran. Dari mulai harga bawang yang melonjak, nilai pelajaran anak, ajakan teman untuk bisnis, isi nyinyiran di medsos, ajakan ustazah untuk bertaubat, hasutan pesan dari berjuta hiburan yang terakses di tangan, update-an berita di portal online, baik itu sampah maupun berlian, dan banyak lainnya. Hal itu tentu membuat pikiran kita penuh dengan hal-hal yang seolah-olah sama pentingnya.

Ibarat baskom, bisa jadi baskom itu hanya berisi pasir dan kerikil-kerikil kecil, tanpa ada ruang tersisa untuk menempatkan batu besar yang lebih penting.

Maka, jika ini adalah Ramadhan terakhirku, saya akan berusaha dengan sungguh memilih hal yang penting. Men”sunyikan” sejenak dari berjuta kebohongan yang bisa jadi melenakan. Bye bye small things, selamat jalan  kesalah-pahaman, so long miscellinous berbuntut kebuntuan pikiran.

3.     Be here-be now

Sumber : http://2.bp.blogspot.com/

Saya sungguh ingin menjadi pribadi yang bahagia, tenang dan jauh dari rasa kecewa. Apakah kamu juga? Bagaimana cara menikmatinya?

Nah, hari ini sungguh pas untuk mempraktekkannya. Hari pertama bulan puasa, saat seluruh setan dibelenggu_diberhentikan dari perbuatan kejinya. Maka, kita bisa memfokuskan diri untuk menikmati kebahagiaan, saat ini di tempat kita berada.
Meskipun mungkin ada yang keberatan dengan peran setan di proses pengambilan keputusan ini. Yah, itu beda pembahasan aja.
Kembali ke laptop, ini adalah tentang berada di saat ini. Saya memilihnya, karena tidak ingin terjebak dengan kenangan masa lalu, jabatan, pekerjaan, teman, konflik, dendam ataupun amarah yang mungkin saja ada. Dan mencoba meminimalisir kekhawatiran akan masa depan. Akankah saya bisa, jika begini, begitu dan begono.
Bahwa sayalah yang bertanggung jawab pada perasaan yang ingin saya rasakan. Dan tentu saja , saya memilih bahagia. Sama kan?? Tos ah. Lalu kemudian tidak hanya berhenti di perasaan, lakukan hal baik yang bisa dimaksimalkan hari ini.

4.     Fokus pada tujuan

Apa tujuanmu? Liburan ke disneyland? Belanja baju baru? Memesan makanan enak? Memenangkan tender pengadaan ini-itu? Dan banyak hal lainnya. Maka tibalah kita pada bahan utama dari pertanyaan ini, jika kita menganggapnya sebagai sebuah refleksi.

Setelah diri terbebas dari beban kesalahan; memiliki bekal kejernihan pikiran; sejumput rasa bahagia yang dipenuhi rasa syukur; maka tepatlah jika kita sampai pada tujuan utama, dan tentu merealisasikannya dengan kesungguhan hati.

Setiap orang tentu memiliki tujuan berbeda. Namun, jika tiba pada pertanyaan “jika ini adalah Ramadhan terakhirmu” maka, tentu kita akan bisa menyisir mana yang terbaik untuk dunia dan akhirat kelak.

Ijinkan saya mencantumkan sebuah hadist yang patut untuk dipertimbangkan setiap perempuan muslim.
Sumber : http://jamaahmasjid.blogspot.co.id/


Semoga kita dimampukan untuk mengisi Ramadhan ini dengan lebih baik
Lebih memaafkan kesalahan orang lain dan diri sendiri
Menjelma menjadi pribadi mulia
Memiliki kehendak mutlak untuk menanam kebaikan dan melakukannya. Aamiin Ya Robbal Alamin.

Selamat menjalankan ibadah puasa
Wonosobo, Ramadhan 1438 H


2 Komentar untuk "Jika ini adalah Ramadhan Terakhirku"

Vita Pusvitasari mengatakan...

Semoga bisa menjalankan ibadah puasa, makan sahur dan shalt taraweh, bayar zakat fitrah dan mudik lebarang dengan lancar, dan abis Ramadhan in jadi pribadi yang lebih baik lagi 😊

Marita Ningtyas mengatakan...

Suka banget sama point yang ketiga. Be here be now. Kita yang menentukan perasaan kita sendiri. Aaah, aku juga sedang belajar seperti itu.

Semoga berkah ya mbak ramadhan kali inj.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel