Pelatihan Manajemen Stres pada Komunitas Salimah, Semarang
“Ibu, bagaimana cara yang terbaik ketika saya harus keluar (dari
rumah) sedangkan dia telah menyuruh saya pergi dengan cara yang begitu mudah?”.
Bunda Inung (bukan nama sebenarnya) bertanya.
Sejenak,
sayapun terdiam. Ada begitu banyak beban diantara senyum dan caranya menatap
saya.
Pertanyaan
diatas adalah satu dari beberapa pertanyaan yang saya dapatkan di sesi
pelatihan hari ini. Pelatihan tentang “Bersahabat dengan Stres” yang
dilaksanakan pada tanggal 7 April 2017. Pelatihan ini adalah satu dari beberapa
rangkaian kegiatan dalam pelantikan pengurus baru Salimah kelurahan Ngesrep,
Semarang. Acara lainnya yaitu lomba
Asmaul Husna antar majelis taklim, pembagian dorprise dan pelatihan berhijab
cantik ala Salimah. Kegiatan ini diikuti kurang lebih 55 orang pengurus dan
anggota Salimah. Tulisan kali ini adalah tentang pengalaman saya sharing di
depan mereka. Dengan segala persiapan dan kejutan di dalamnya.
Sebelum pelatihan
Memang benar adanya jika
silaturahmi itu memperpanjang umur dan membawa rizki. Saya sendiri telah
mengalaminya. Mendapatkan rizki berkah dari silaturami. Seperti undangan
pelatihan ini, saya dapatkan dari pertemanan saya dengan Mbak Ichi. Kami
bertemu setiap hari selasa di acara Liqo di perumahan. Mbak Ichi sendiri adalah
ustazah kami. Beberapa
kali saya “bolos” menghadiri kajian karena selain karena terkadang ada urusan keluarga, juga sering bertepatan dengan jadwal saya “ngantor” di
tempat lain. Akhirnya beliau tahu profesi saya sebagai penulis dan praktisi
psikologi.
Singkat cerita, undangan mengisi pelatihan saya
dapatkan via pesan di whatsapp hari Jumat. Dan besoknya saya mengisi jam 10.00
pagi. Ya, semudah itulah Allah memberikan rizki kepada hambaNya.
Dari pengalaman
saya mengisi pelatihan, beberapa persiapan yang harus dilakukan jika mengisi di
komunitas ibu-ibu muslim, yaitu :
·
Persiapan diri.
![]() |
Foto bersama pengurus Salimah Ngesrep, Semarang. Purple Lover |
Informasi penting yang saya dapatkan dari Mbak Icie adalah
tentang dress code. Kenapa? Ya karena ini komunitas ibu-ibu muslimah. Gak
mungkin saya mengenakan baju yang biasa saya pakai ketika mengisi pelatihan di kalangan
budayawan. Meskipun saya pun tidak harus berubah menjadi orang lain. Hanya agar
bisa nge-blend dan mudah untuk building rapport.
·
Mengenali Audiens
Sebelumnya, saya tidak pernah berhubungan dengan organisasi Salimah. Namun, saya cukup mengamati sahabat saya dan komunitas yang sering dia
ceritakan. Selain itu informasi di internet sangatlah membantu, jika kita ingin
melihat latar belakang sebuah komunitas. Informasi tentang Salimah bisa dilihat
lebih lengkap di http://www.salimah.or.id/. Hal yang
penting juga tentang jumlah audiens. Informasi pertama yang saya dapatkan
audiens berjumlah 100an orang. Ini akan berkolerasi dengan persiapan saya
selanjutnya yaitu rencana penyajian.
·
Siapkan Rencana Penyajian
Jika pelatih profesional, tentu dia akan membuat RPP (Rencana
Pokok Pembelajaran) sebelum melakukan sebuah presentasi. Namun, semakin sering
jam terbang kita, kita akan lebih mudah membuat rencana penyajian tanpa terpaku
pada formnya. Saya hanya mencatat hal-hal pokok yang menjadi pertimbangan,
seperti: Tujuan, Tema presentasi, pokok-pokok materi, bahan pendukung (media),
metode, Rencana waktu.
·
Persiapkan materi yang akan disampaikan
Saya mendapatkan informasi, bahwa waktu presentasi adalah 60
menit. Ini menjadi pertimbagan penting dalam hal pemilihan materi yang akan
disampaikan. Mengingat jumlah peserta yang relatif banyak, maka saya memilih
metode yang umum, yaitu ceramah. Dengan media lcd yang telah disiapkan panitia,
maka power point dan film pendek bisa menjadi alat bantu saya nantinya.
Bagi saya, setiap pelatihan adalah pengalaman baru. Meskipun
topik yang sama pernah saya bagi melalui siaran radio di Fit Radio.
Bisa dibaca di link berikut
Namun, kali ini
tentu berbeda, karena pelatihan tentunya berbeda dengan berbicara di radio. Ada
interaksi dan peserta yang membuatnya lebih menarik. Dan bagi saya, pelatihan
hari ini jauh lebih menarik karena pesertanya adalah dari muslimah. Artinya,
dari sisi kontenpun harus menyesuaikan.
Berikut ini
adalah beberapa referensi yang saya baca sebelum merevisi materi presentasi,
diantaranya :
1.
La tahzan
2.
Fiqih Wanita
3.
Stres and
Burnout
4.
Ten commitment
for women
5.
The power of
purpose
6.
Mind Healing
Catatan : Buku
no 4-6 semua berbahasa Indonesia
·
Siapkan back-up plan
Hal yang
penting dalam sebuah sesi pelatihan yaitu rencana cadangan. Kenapa? Karena
situasi sulit bisa saja terjadi. Jika pemateri tidak memiliki rencana cadangan
maka bisa hancur berantakan. Saya pun akhirnya menggunakan plan b dalam sesi
sharing kali ini.
Pelaksanaan
Saya tiba di tempat kegiatan
sekitar 30 menit sebelum waktu pelaksanaan. Kegiatan lomba Asmaul Husna telah
selesai dan panitia sedang sibuk membagikan doorprise
kepada peserta. Sebuah balai RW menampung para peserta dan panitia dalam
kegiatan ini. Cukup luas atau bahkan terlalu luas untuk menampung sebanyak 50
orang peserta. Ketika akhirnya panitia membacakan cv saya, saya masih
memikirkan cara yang tepat untuk mengatasi tantangan ini.
![]() |
Butterfly Hug dengan teknik pernapasan. salah satu metode untuk relaksasi |
Tantangan? Ya, karena pertama:
peserta ternyata hanya 50-an orang dengan kapasitas ruangan yang cukup
menampung 300 orang. Kedua, Model ruangan yang terbuka, membuat kemungkinan
“noise” ketika ada sesi pelatihan. Ketiga, saya lupa membawa konektor hp ke
lcd. Sehingga film pendek yang saya siapkan terancam gagal ditayangkan.
Tidak kehilangan akal, setelah
sesi perkenalan, saya langsung mengajak peserta untuk melakukan ice breaking
untuk mengajak mereka konsentrasi. Dan selanjutnya, saya langsung
memperkenalkan peserta ke teknik butterfly
hug sebagai salah satu relaksasi untuk mengatasi stres. Teknik ini saya
padukan dengan iringan lagu Asmaul Husna dari haddad Alwi. Dan Alhamdulillah,
cara ini sangat efektif untuk mengatasi keriuhan sebelum sesi sharing dimulai.
Awalnya
panitia hanya memberikan waktu 30 menit karena peserta sudah terlihat lelah.
Namun, melihat antusias peserta, sesi sharing berjalan hingga 60 menit. Dan
bahkan setelah itu, beberapa orang menghubungi saya pasca kegiatan.
Pasca Pelatihan
Kembali pada
kisah Bunda Inung. Di akhir sesi pelatihan saya menghampirinya untuk berbicara
lebih banyak. Lalu, apakah saya memberikan solusi untuknya?
Tidak, karena
masalah tidaklah diputuskan oleh orang lain. Bunda Inung memiliki kewenangan
mutlak untuk mengambil keputusan. Saya hanya memberikan masukan untuk
menenangkan diri terlebih dahulu sebelum mengambil sebuah keputusan.
Mengingatkan agar tidak memutuskan sesuatu dalam keadaan marah ataupun terlalu
sedih. Mengingatkan (diri sendiri) untuk mohon petunjuk atas keputusan yang tepat. Karena yang kita kira terbaik, belum tentu
yang terbaik menurutNya. Dan solusi tetap harus diambil dengan pertimbangan
yang tepat. Dan kemudian panjaaaaang kami mengobrol.
Jadi, benar
kan. Kalau #sharingiscaring
4 Komentar untuk "Pelatihan Manajemen Stres pada Komunitas Salimah, Semarang"
Memang sharing itu bisa sedikit mengurangi beban pikiran asal sharing ke orang yang tepat, apalagi perempuan kan gampang galau.hehe
Terima kasih mbak @untari, iya memang. Saya juga mudah galau. Untung ada medianya, blog salah satunya. Setuju nggak?
Wah boleh dicoba nih butterfly hugnya 😊
Setuju banget, sharing emang bikin lega ya
Posting Komentar