7 Kriteria Rumah Ideal bagi Keluarga yang (Terpaksa) Berpindah-pindah Rumah

sumber : google @rumahzul.blogspot
Rabu malam di akhir bulan Agustus sepertinya menjadi hari yang tak terlupakan bagi kami. Bumi bagai bergetar, dinding rumah kami seperti bergoyang yang diikuti suara dentuman benda berat jatuh tepat di belakang rumah kami. Seperti yang saya duga sebelumnya, hal ini akan terjadi. Atap rumah yang berada di samping rumah telah roboh. Puing-puingnya berserakan hingga masuk ke pekarangan belakang rumahku. Lalu apa yang terjadi dengan kami yang hanya dipisah oleh sebuah tembok yang tak juga kokoh?

Ya, ketakutan demi ketakutan semakin menjadi. Siang harinya, saya memutuskan membawa ketiga anakku yang masih kecil untuk “berkemah” di halaman belakang. Menjauhi bangunan rumah, yang sedang terancam ikutan roboh. Sejak kegiatan renovasi rumah di samping, saya harus menerima kenyataan bahwa rumah kamipun ikutan bergoyang.

Hal ini sebetulnya bisa dimaklumi, karena rumah dinas yang kami huni, meskipun luas tetapi menyimpan kisah hidup yang lumayan lama. Sudah lebih dari 25 tahun tidak pernah direnovasi hingga lemparan batu ke tembok saja bisa membuatnya runtuh. Mau tidak mau, kedua rumah ini harus segera dibongkar, agar si penghuni tidak mendengar dentuman benda jatuh dari atap rumah secara bergantian setiap malam.

Plan C pun berlaku, seperti hanya “kontingensi plan” yang harus dipersiapkan ketika insiden maupun situasi darurat muncul. Tidak menunggu hari berulang, kami pun mengepak barang yang bisa diangkut lalu segera pindah ke rumah ke-7 yang kami huni.

Rumah ke 7? Serius?
Ya, betul. Ini menjadi becandaan saudara-saudaraku. Bagi orang mungkin ini melelahkan, tapi bagi saya, ini adalah sebuah cerita hidup yang penuh warna. Yuk simak cerita ke 7 rumah yang kami tempati. Angkanya cantik ya? Hemmmmmm arrrrgghhh.

Rumah ke1 : Rumah 3 petakan yang kami kontrak selama 2 bulan di daerah Cimanggis-Depok. Tahu gimana rasanya? Hem, nikmat. Inilah yang kami sebut bahwa cinta itu dibangun bersama. Tidak hanya dari 0, tetapi dari minus. Setelah menikah, kami terpaksa meminjam uang 2 juta ke kakak untuk bisa mengontrak di Jakarta dan bisa hidup selama 2 bulan. Kalau ingat masa itu, sungguh indah. Semoga kami berdua selalu berjodoh membangun keluarga Samawa.

Rumah ke2 : Rumah tipe 21 berukuran 60m di Cimanggis Depok, tempati selama 2 tahun

Rumah ke3   : Rumah sendiri di Perumahan PGRI, Cilodong- Depok. Ditahun ke 5 kami tempati ternyata bermasalah. Developer memalsukan sertifikat rumah sehingga hingga kini kamipun tidak tahu kapan kasus ini berakhir.

Rumah ke-5 : Rumah kampung Cilodong Depok. Di tahun ke-2 kami tempati,harus pindah tugas ke Semarang

Rumah ke-6: Rumah Dinas di Ngesrep, Semarang. Tahun ke-2kami harus pindah, karena rumah sebelah (mepet tembok) harus direnovasi karena kondisi yang sudah tidak layak.

Rumah ke-7: Rumah Dinas Ungaran.

Jadi, bagaimana dalam waktu 13 tahun sudah pindah ke-7 kali? Banyak sekali pembelajaran, lika-liku, derai air mata dan tak tertinggal tawa disana. Belum lagi kenangan yang tertinggal di setiap bangunan yang pernah kami tempati. Ketika pindah ke rumah ke-7, beragam dukungan pun pertanyaan yang berjudul, Pindah “LAGI” jamak terucap. Tapi kembali, hidup itu kita yang nikmati. Tidak terletak pada apa kata orang. 
Place Attachment tentang rumah
Bukan lagi tentang fisik


Sebuah definisi baru-pun hadir.
Ini 5 definisi Rumah bagi orang yang (terpaksa) berpindah-pindah rumah :
  • Surga itu bernama Rumah
  • Rumah itu keluarga
  • Rumah adalah tempatmu pulang
  • Rumah itu sesederhana berkumpul bersama
  • Rumah itu tempat tawa dan canda serta tangis bermain dengan indah


Kejadian tak terduga selanjutnya terjadi di bulan ke-2 ketika kami tinggal di Ungaran. Jumat itu, anak kedua kami hampir hilang. Dia nekat pulang dari Banyumanik-Ungaran, menempuh jarak 11,5 km dalam waktu 3 jam dengan berjalan kaki. Tubuhnya yang kecil dan usianya yang baru 7 tahun membuat tangis saya tak terbendung. Kembali definisi sebuah rumah menjadi sebuah tantangan disana. 
Keamanan dan jarak rumah dengan sekolah menjadi pertimbangan penting


Hikmah dari kejadian diatas adalah menguatnya niat kami untuk segera pindah ke rumah kami. 
Alhamdulillah, Allah memudahkan kami untuk bisa memiliki rumah di Semarang. Nah, tugas selanjutnya adalah merenovasinya. Maklum bangunan yang ada hanya 60 meter dengan 3 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang tengah dan dapur. Dengan sisa tanah yang cukup luas, bisa memudahkan kami untuk melakukan penambahan ruangan, nantinya.

Lho kok nanti? Kenapa nggak sekarang? Karena, ini nih konsep rumah yang yang kami idam-idamkan.

1. Perumahan vs rumah kampung

Hingga kini saya telah menikmati hidup di kedua lingkungan tersebut. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Setiap orang pasti memiliki pilihan masing-masing dan tidak bisa disamakan. Namun untuk kali ini, saya lebih memilih tinggal di lingkungan perumahan dengan sistem pengamanan tambahan dan cluster. Hal ini karena faktor keamanan baik dari luar maupun untuk anak-anak bisa keluar rumah dengan lebih nyaman. Bagaimana dengan kamu?

2. Rumah Tumbuh

Definisi bebas saya tentang rumah tumbuh yaitu rumah yang dibangun sesuai isi kantong pemilik, hehehe. Namanya bebas ya semau-mau aja ya. Duh yang arsitek dilarang protes. Saya memilih konsep ini karena belajar dari rumah saya yang sebelumnya saya kembangkan dengan insting dan kreativitas sendiri yang notabene orang awam, ternyata cukup mengecewakan. Bukan berarti jelek banget sih. Tapi ya, alangkah baiknya jika kita percayakan pada ahlinya.
Nah, tidak ingin mengulang kesalahan yang sama, kali ini saya menggandeng jasa arsitek untuk menggambar rumah kami. Lalu, ya kembali ke rumah tumbuh, nunggu duitnya ngumpul baru lah dibangun sesuai prioritas kebutuhan.

Denah existing 

Desain Lantai 1_wanna be

Denah lantai 2_hopefully



3. Tropis minimalis
Saya termasuk mak yang harus ngirit. Ini berlawanan dengan hobi saya yang boros. Nah pemakaian listrik dan AC bulanan termasuk hal yang perlu diperketat. Oleh karena itu saya memilih konsep tropis minimalis nantinya dalam pengembangan rumah. Kondisi rumah yang sekarang sudah menganut asas naturalis minimalis. Naturalis karena banyak batu alamnya (hahaha) dan minimalis karena banyak jendela besar di setiap sisi ruangan. Ventilasi ruangan juga cukup memadai di setiap pintu dan jendela yang ada. Hal ini memudahkan kita menikmati udara pagi yang segar. Dan yang pasti, pengeluaran bulanan juga bisa ditekan seminimal mungkin.

4. Letak mushola dan Masjid
Saya sangat bersukur karena kali ini mendapatkan rizki yang alhamdulillah banget. Letak rumah kami hanya sejauh lima jengkal dari mushola Al Barakah yang terletak di dalam komplek. Saya semakin mengencangkan doa saya, semoga suami dan anak lelaki saya semakin rajin menunaikan sholat lima waktu di masjid. Bantu aminkan, yaaa.

5. Dapur simple nan sederhana
Dapur adalah termasuk area penting untuk ibu-ibu. Kredibilitas kita dipertaruhkan disana. Betul nggak? Tetapi berhubung hobi saya bukan memasak, maka saya lebih memilih model dapur yang simple dan sederhana. Yang mudah dipakai memasak, mudah dibersihkan lalu mudah kabur buat nonton drakor. Hahaha ketahuan.

Dapur yang ada, simple dan minimalis
Cocok dengan kriteria saya

6. Kamar tidur dan kamar mandi
Nah, yang inti paling penting. Saya pernah membuat proyek renovasi kamar mandi yang memakan biaya hingga yang lumayan mahal. Mulai dari pemilihan shower, sekat kaca bak kamar mandi hotel, pemilihan kloset duduk, detil bentuk dan warna dinding keramik dan peletakannya. Alhamdulillah berhasil. Meskipun akhirnya harus saya tinggalkan rumah itu, tetapi hingga kini saya jadi mengenal satu area yang penting di rumah adalah kamar mandi. Khususnya kamar mandi yang menjadi area pribadi di kamar tidur utama.
Karena saya termasuk orang yang butuh kenyamanan ketika istirahat. Meskipun tetap harus bersabar, semoga nantinya bisa terwujud. Paling tidak, dua item ini menjadi catatan tersendiri bagi kami.

7.  Fasilitas olahraga
Kalau ini adalah titipan dari paksuami. Doi butuh suatu arena olahraga untuk melepas stres setelah bekerja seharian di luar rumah. Alhamdulillah untuk list ini sudah tersedia di dalam perumahan. Jadi, tinggal itikad baik dari warga untuk memanfaatkan  fasilitas yang ada.

Hobi olahraga keluarga


Fasilitas olahraga di lingkungan tempat tinggal

 
Nah diatas adalah ke-7 wishlist saya tentang rumah. Tema kali ini pas banget, karena sekarang ini kami memang lagi galau-galaunya mendesign dan melakukan prioritas perbaikan di rumah ini. Semoga mbak  Dian dan Mbak Archa bersedia memberi masukan tentang konsep kami.

Selebihnya, saya berharap semoga rumah ini benar-benar menjadi homebased kami, begitu istilah auditor yang kerjanya berpindah-pindah daerah. Kemanapun dipindah, tapi kami memiliki satu rumah tempat untuk pulang. Menjadi rumah ideal bagi kami di dunia, menjadi tempat beribadah yang nyaman agar kelak bisa membangun rumah yang lebih baik di akhirat. Aamiin.

8 Komentar untuk "7 Kriteria Rumah Ideal bagi Keluarga yang (Terpaksa) Berpindah-pindah Rumah"

Prananingrum mengatakan...

Wah mbak yuli udh pengalaman y ppindah2 sampe 7 kali...byk pengalaman suka dukanya yak...

Vita Pusvitasari mengatakan...

Sama mbak yuli saya juga dari mengontrak rumah 6x, ketujuh kalinya baru punya rumah sendiri di Semarang dalam jangka waktu 2009-2013 😅

Flo mengatakan...

Wah.. Mbak Yuli hebat banget euy. Aku aja yang baru pindah rumah sekali encoknya ga ilang2 😅.

Btw aku sepakat soal kamar mandi yang bersih dan nyaman. Suka gimana gitu kalau tinggal di tempat yang meski rumahnya bagus tapi kamar mandinya kurang oke 😊

momtraveler mengatakan...

Kaya jaman aku kecil dulu mbak krn bapak tugasnya pindah2 teeus akhirnya kami jd kontraktor alias tukang ngontrak rumah hahhaha...baru deh aku SMA kami bisa punya rumah sendiri

Nuzha mengatakan...

Pindah rumah sampai 7 kali... ga kebayang boyongnya :( Super sekaloii mbak Yuli ini.

Arina Mabruroh mengatakan...

Seru juga ya pindah2. Jd kebayang ko aku pindahan.. Habisnya suka nimbun barang dan buku, jadi banyak printilan.

Mba.. Aku deg2an baca cerita putrane mba Yuli jalan sampe sejauh itu 😢

dian nafi mengatakan...

aamiin aamiin. smoga tercapai impiannya ya

Blogger Kendal mengatakan...

nomaden banget ya mba :-D Saamaan
semoga terwujud keinginannya punya rumah impian ya mba, aamiin

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel