Mukena Ibu : Sebentuk Cinta Ibu di Rumahku


Seusai menunaikan sholat ashar, hatiku bergetar. Aku memakai sebuah mukena yang berbeda. Iya, ini adalah mukena kepunyaan ibu yang ditinggalkannya di rumahku. Selain beberapa baju yang sengaja dititipkannya di rumah, jika ada kesempatan beliau menginap di sini. Memakai mukena ini, serasa berada di dalam pelukan hangat ibu. Sesosok perempuan luar biasa yang rela membantuku kapanpun dan dimanapun aku membutuhkannya. Tidak hanya diriku, tetapi cinta ibu untuk seluruh anak-anaknya sangat luar biasa. Tidak pernah kubayangkan sebelumnya, bahwa ternyata cinta ibu begitu dalam dan nyata, hingga aku sendiri menjadi seorang ibu.
Ibukku di tengah anak-anak dan cucu-cucunya.
Super woman.
  

Sungguh, ketika seseorang menjadi seorang ibu, maka rasa itu terasa begitu nyata. Dia bisa merasakan sebuah cinta yang begitu tulus dan dalam, tanpa syarat, dengan penuh pengorbanan, penuh pembuktian meskipun tanpa sebuah katapun terucap.

Sebuah momen yang selalu saya ingat adalah, ketika ibu saya menangis dan berdoa, mengucapkan harapan untuk setiap anak, setiap menantu dan setiap cucu_yang berarti dia mendoakan setiap orang  lain dari dirinya. Bentuk cinta kepada orang lain. Tak ada egoisme di sana. Ketika orang hanya mementingkan diri sendiri. Namun tidak untuk seorang Ibu
Doa Ibu mengiri hari-hari kami


Dalam hati, aku melanjutkan doanya. Semoga aku bisa menjadi perempuan yang bisa membalas kebaikannya. Menjadi anak yang “bermanfaat” untuk kedua orang tua. Memberikan kebahagiaan di dalam hati beliau.

Lalu kapan?

Karena rasanya hingga hari inipun aku masih selalu membutuhkan bantuan ibu.
Bahkan ketika  saya memasuki dunia ibu secara penuh. Ketika ada di sebagian waktu saya kehilangan semangat, habis tenaga untuk menyelesaikan todo list harian, memprioritaskan hal penting di sederet hal terpenting dalam pengasuhan anak, mengumpulkan piring-piring bekas makan, membersihkan botol susu yang kotor, mengajarkan anak-anak menyelesaikan tugas sekolah dan hal lainnya. Bahwa terkadang hari-hari terasa begitu melelahkan. Aku masih saja meminta bantuan ibu.

Malu rasanya! Kapan ibuku bisa terbebas dari beban atas anak-anaknya?

Tapi, begitulah ibu. Seolah-olah cintanya begitu banyak, tak terbatas. Dalam kondisi apapun, keadaan apapun, beliau akan siap menolong anak-anaknya.

Dan pelan-pelan akhirnya aku belajar. Bahwa menjadi ibu bukanlah sebuah pengorbanan, namun sebuah kenyamanan yang harus dinikmati. Ketika dulu, saya masih menganggap ini adalah pengorbanan, maka begitu banyak energi habis untuk berkorban. Lalu, saya belajar untuk berhenti. Berhenti untuk mengkhawatirkan sesuatu. Berhenti untuk terlalu memaksa anak-anak saya. Berhenti untuk menyalahkan orang lain atas apa yang tidak saya miliki. Berhenti untuk kemudian berfikir. Bahwa ada sisi lain yang bisa kita rasakan dengan lebih baik. Belajar untuk menjadi seperti ibuku.

Belajar mencintai dengan ikhlas.
Belajar memberi tanpa mengharap imbalan. Seperti tubuhan yang menghasilkan buahnya
Belajar melakukan sesuatu lalu ditutup dengan doa, meyakini dalam hati bahwa sesungguhnya segala sesuatu telah digariskan-Nya
Dan belajar memaafkan seperti hati seorang ibu untuk anak-anaknya.
Belajar memberi arti, seperti keberadaan mukena ibu ini.  
Pengobat rindu, karena sampai detik ini aku belum bisa menemani beliau di rumahnya.
Bahwa meskipun begitu ingin kulakukan, masih ada perintah lain yang harus aku lakukan.
Dengan tetap menyimpan doa, semoga ibu selalu sehat, diberikan kebahagiaan  atas segala cinta dan kasihnya kepada kami.

Semoga kami, anak-anaknya bisa menjadi anak yang tahu berterima kasih. Menjadikan jalan lebih baik baginya untuk merasakan kebahagiaan seutuhnya di dunia dan akhirat.
Semoga, aku bisa mengikuti beliau. Belajar keikhlasan dan kekuatan untuk mengarungi “dunia_ibu”ku dengan baik. Ada berkah disana. Agar anak-anakkupun dapat merasakan cintaku yang besar, seperti cinta ibuku padaku. I love you ibu.

Kota Lama, Semarang


-----
Sungguh ini topik yang cukup sentimentil dari Mbak Chella dan  Mbak Noorma. Tapi rasanya tepat untuk menjadi pengingat diri sendiri.




3 Komentar untuk "Mukena Ibu : Sebentuk Cinta Ibu di Rumahku"

Mechta mengatakan...

Ya Allah...terharu membacanya.. Sungguh banyak pelajaran yg dpt kita petik dari sosok ibu2 kita yg hebat ya mba.. Salam hormat kagem Ibunda...

April Hamsa mengatakan...

Reminder buatku nih mbak. Kadang suka merasa hidupku jauh beda dengan dulu saat masih blm jd ibu. Tapi kalau dipikir2 tanpa anak2 hidupku hampa dan sepi kyknya...
TFS yaaaaaaa

retno mengatakan...

begitu banyak pelajaran yang kita peroleh dari orang tua kita, semoga kita dapat meneladani...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel