Mukena Ibu : Sebentuk Cinta Ibu di Rumahku
Seusai menunaikan sholat ashar, hatiku bergetar. Aku memakai
sebuah mukena yang berbeda. Iya, ini adalah mukena kepunyaan ibu yang
ditinggalkannya di rumahku. Selain beberapa baju yang sengaja dititipkannya di
rumah, jika ada kesempatan beliau menginap di sini. Memakai mukena ini, serasa
berada di dalam pelukan hangat ibu. Sesosok perempuan luar biasa yang rela
membantuku kapanpun dan dimanapun aku membutuhkannya. Tidak hanya diriku,
tetapi cinta ibu untuk seluruh anak-anaknya sangat luar biasa. Tidak pernah
kubayangkan sebelumnya, bahwa ternyata cinta ibu begitu dalam dan nyata, hingga
aku sendiri menjadi seorang ibu.
![]() |
Ibukku di tengah anak-anak dan cucu-cucunya. Super woman. |
Sungguh, ketika seseorang menjadi seorang ibu, maka rasa itu
terasa begitu nyata. Dia bisa merasakan sebuah cinta yang begitu tulus dan
dalam, tanpa syarat, dengan penuh pengorbanan, penuh pembuktian meskipun tanpa
sebuah katapun terucap.
Sebuah momen yang selalu saya ingat adalah, ketika ibu saya
menangis dan berdoa, mengucapkan harapan untuk setiap anak, setiap menantu dan
setiap cucu_yang berarti dia mendoakan setiap orang lain dari dirinya. Bentuk cinta kepada orang
lain. Tak ada egoisme di sana. Ketika orang hanya mementingkan diri sendiri. Namun tidak untuk seorang Ibu
![]() |
Doa Ibu mengiri hari-hari kami |
Dalam hati, aku melanjutkan doanya. Semoga aku bisa menjadi perempuan yang bisa membalas
kebaikannya. Menjadi anak yang “bermanfaat” untuk kedua orang tua. Memberikan
kebahagiaan di dalam hati beliau.
Lalu kapan?
Karena rasanya hingga hari inipun aku masih selalu membutuhkan
bantuan ibu.
Bahkan ketika saya
memasuki dunia ibu secara penuh. Ketika ada di sebagian waktu saya kehilangan
semangat, habis tenaga untuk menyelesaikan todo list harian, memprioritaskan
hal penting di sederet hal terpenting dalam pengasuhan anak, mengumpulkan
piring-piring bekas makan, membersihkan botol susu yang kotor, mengajarkan
anak-anak menyelesaikan tugas sekolah dan hal lainnya. Bahwa terkadang
hari-hari terasa begitu melelahkan. Aku masih saja meminta bantuan ibu.
Malu rasanya! Kapan ibuku bisa terbebas dari beban atas
anak-anaknya?
Tapi, begitulah ibu. Seolah-olah cintanya begitu banyak, tak
terbatas. Dalam kondisi apapun, keadaan apapun, beliau akan siap menolong
anak-anaknya.
Dan pelan-pelan akhirnya aku belajar. Bahwa menjadi ibu
bukanlah sebuah pengorbanan, namun sebuah kenyamanan yang harus dinikmati.
Ketika dulu, saya masih menganggap ini adalah pengorbanan, maka begitu banyak
energi habis untuk berkorban. Lalu, saya belajar untuk berhenti. Berhenti untuk
mengkhawatirkan sesuatu. Berhenti untuk terlalu memaksa anak-anak saya.
Berhenti untuk menyalahkan orang lain atas apa yang tidak saya miliki. Berhenti
untuk kemudian berfikir. Bahwa ada sisi lain yang bisa kita rasakan dengan
lebih baik. Belajar untuk menjadi seperti ibuku.
Belajar mencintai dengan ikhlas.
Belajar memberi tanpa mengharap imbalan. Seperti tubuhan
yang menghasilkan buahnya
Belajar melakukan sesuatu lalu ditutup dengan doa, meyakini
dalam hati bahwa sesungguhnya segala sesuatu telah digariskan-Nya
Dan belajar memaafkan seperti hati seorang ibu untuk
anak-anaknya.
Belajar memberi arti, seperti keberadaan mukena ibu ini.
Pengobat rindu, karena sampai detik ini aku belum bisa
menemani beliau di rumahnya.
Bahwa meskipun begitu ingin kulakukan, masih ada perintah
lain yang harus aku lakukan.
Dengan tetap menyimpan doa, semoga ibu selalu sehat, diberikan
kebahagiaan atas segala cinta dan
kasihnya kepada kami.
Semoga kami, anak-anaknya bisa menjadi anak yang tahu
berterima kasih. Menjadikan jalan lebih baik baginya untuk merasakan kebahagiaan
seutuhnya di dunia dan akhirat.
Semoga, aku bisa mengikuti beliau. Belajar keikhlasan dan
kekuatan untuk mengarungi “dunia_ibu”ku dengan baik. Ada berkah disana. Agar
anak-anakkupun dapat merasakan cintaku yang besar, seperti cinta ibuku padaku.
I love you ibu.
![]() |
Kota Lama, Semarang |
Sungguh ini topik yang cukup sentimentil dari Mbak Chella dan Mbak Noorma. Tapi rasanya tepat untuk menjadi pengingat diri sendiri.
3 Komentar untuk "Mukena Ibu : Sebentuk Cinta Ibu di Rumahku"
Ya Allah...terharu membacanya.. Sungguh banyak pelajaran yg dpt kita petik dari sosok ibu2 kita yg hebat ya mba.. Salam hormat kagem Ibunda...
Reminder buatku nih mbak. Kadang suka merasa hidupku jauh beda dengan dulu saat masih blm jd ibu. Tapi kalau dipikir2 tanpa anak2 hidupku hampa dan sepi kyknya...
TFS yaaaaaaa
begitu banyak pelajaran yang kita peroleh dari orang tua kita, semoga kita dapat meneladani...
Posting Komentar