Kaleidoskop 2017 : Sukses itu Senilai dengan Rasa Bahagia.
Sebagai sebuah pengantar, saya adalah seorang wanita dengan
berpendidikan S2 dari kampus ternama di Indonesia. Atas dukungan penuh
dari suami, saya memutuskan untuk fokus pada perkembangan anak kami. Merawat sendiri mereka ber-4 tanpa bantuan pengasuh anak. Berhenti dari karir yang berada di peak experience adalah satu solusi ketika jalan rizki menghantarkan kami entah kemana. 3 tahun dengan 3 tempat tinggal berbeda. Beragam penyesuaian dan dilema. Allah
Maha Baik, meridhoi saya yang ingin bisa tetap berbagi ilmu. 4 Buku, solo dan
seri antologi telah berhasil saya tulis dengan berseragam daster sang emak. Di tahun 2017, saya mendapat rizki
mengampu 3 mata kuliah di salah satu kampus swasta di kota ini. Tugas ini
memberi saya metime di penghujung
minggu bertemu dengan mahasiswa dan kolega saya di kampus. Perjalanan berbagi
ilmupun tetap bisa saya lakukan sebagai tenaga suka rela bidang psikososial di
PMI. Semua atas karunia Allah, suami dan keluarga yang selalu mensupport serta anak-anak
yang sehat dan ceria. Kebahagiaan
semakin lengkap dengan hadirnya sahabat yang menyertai di saat susah maupun
senang. Persahabatan kami tak berjarak, dimanapun dan kapapun selalu bisa
membuat saya tersenyum. Lalu,
![]() |
Q.S Arrahman Sumber : Google |
Menjadi Ibu yang
mendedikasikan hidupnya untuk anak-anak bukanlah sebuah ketidaksuksesan. Ini
adalah sebuah definisi sukses “uniq” yang bermerek “Saya”. Bentuknya bisa
macam-macam. Tidak melulu dimiliki oleh mereka sang Ibu yang tinggal di rumah,
bukan pula oleh ibu yang berkarier di luar rumah. Hanya satu yang menjadi penjaganya, yaitu
“Bahagia”.
Yup, bahagia bagi seorang ibu itu penting. Lalu apa sih
bahagia itu? Silahkan di jawab sendiri.
Bagi saya, sukses tidak memiliki ukuran pasti.
Setiap orang berhak membuat skala dan perbandingannya sendiri.
Sukses itupun sebetulnya sederhanya. Cukupkanlah ia dengan rasa bahagia dan senyum indah yang engkau miliki.
Di sini, saya ingin membagi sebuah lirik lagu lawas yang
bermakna sangat dalam. Dalam perjalanan menuju ke sekolah untuk menjemput anak,
iseng saya menjajal sebuah cd lagu yang tersimpan di dashboard mobil baru ini.
Catatan, mobil baru ini bukan punya saya, kebetulan saya dipinjamin untuk beberapa
hari (bukan bermaksud riya ya, lha wong minjem kok riya, hehehe.
Ternyata cd ini adalah kompilasi lagu Koesplus. Nyanyian mereka mengiringi perjalanan saya sejauh
13 km ini. Ada sebuah lagu yang baru saya dengar. Berikut ini judul dan liriknya.
Jangan Iri Hati
Oleh Koes plus
Berkali-kali ku ingatkan kembali, jangan engkou turuti rasa
dengki dan iri
Urus dirimu, untuk hari depanmu
Urus dirimu, untuk hari depanmu
Kalau kan tak mengerti, kau terus iri hati
Habis waktumu, dan kou tetap begitu
Kalau kan tak mengerti, kau terus iri hati
Habis waktumu, dan kou tetap begitu.
-------------------------
Bagi generasi zaman now yang belum tahu lagi ini, silahkan
mencarinya via google atau youtube.
Rasanya pas sekali dengan sebuah refleksi saya yang terangkum dalam
sebuah kaleidoskop. Mengawali tahun 2018
ini, sebuah kaleidoskop 2017 pantas sekali dijadikan sebagai pondasi. Jangan iri hati, fokus pada diri sendiri.
Perjalananku di tahun 2017 penuh warna. Di rumah,
ternyata banyak hal bisa kita lakukan. Membuat kita bisa menemukan hal-hal baru.
Dan ini sangat menyenangkan.
Berbagi ilmu
Tinggal di rumah bukan berarti hanya mengurusi sumur kasur
dan dapur. Urusan sharing ilmupun tetap bisa dilakukan. Saat ini banyak banget
media dan metode yang bisa kita lakukan. Di 2017, saya bersyukur dapat tetap
sharing ilmu khususnya bidang psikososial dengan beragam cara dan media.
Diantaranya :
melalui media radio.
Di januari 2017, saya sharing tentang manajemen stres di fit radio. Cerita
lengkapnya disini
Pada komunitas Bengkel
Sastra di Semarang. Saya sharing tentang Trauma dan bencana pada komunitas sastra Semarang. Saat itu saya
bertemu dengan sahabat-sahabat baru baik di bidang literasi maupun penggiat
psikososial di UNIKA.
menjadi dosen tidak tetap di salah satu kampus di Semarang.
Memiliki sahabat-sahabat
baru. Di semarang, saya bersyukur bisa bergabung dengan mak-mak hebat
dengan beragam profesi dengan hobi yang sama yaitu menulis. Di dunia blog, saya
gabung dengan group Gandjel Rel. Dikenalkan oleh sahabat, penulis kece nan
geulis Dedew. Duh, ceritanya pagi ini tentang transfer uang hasil lomba menulis
bikin saya termotivasi. Bersemangat untuk produktif dalam menulis ya mbak,
hehehe. Sahabat saya yang lain adalah mbak Dian Nafi. Saya mendapat satu buku
dari rumah produksinya (keren yaa) yang kemudian saya resensi. Salah duanya yaitu Mbak Tanti dan Mbak Nuzha, sahabat baru dari blog GR.
Sahabat yang lain tentunya kawan-kawan PMI yang di kota
Semarang. Ada mbak Wuri, Mas Bambang, Mbak Rinut. Mbak Rina, ibu-ibu dokter UTD
Kota Semarang dan sahabat lainnya yang super keren.
Berkah Ramadhan 2017
Menyiapkan sendiri hidangan buka dan sahur untuk keluarga,
belajar mengaji bersama komunitas perempuan muslimah, refleksi diri terus
menerus, aaahhhh aku rindu Ramadhan.
Investasi kenangan
dalam balutan jalan-jalan bareng
keluarga
Ketika dewasa kelak, saya ingin anak-anak saya ingat bahwa
dulu ketika mereka berumur 3 tahun, si kembar pergi bersama kakak dan mama
papahnya ke Bandung, naik pesawat
dengan segerombol tas dan perbekalannya, mengunjungi sahabat mamahnya di sana,
melihat beragam alat kerja di museum teknologi.
Di satu masa, anak lelaki saya pernah kehilangan sandalnya pada
saat mencari belut di ladang di kampung neneknya. Menikmati wisata baru di
Jolong (read : baru = baru mereka datangi), dan kenangan-kenangan indah lainnya
yang bisa menumbuhkan rasa bangga mereka pada diri sendiri dan keluarga.
Manusia berencana,
Allah yang memutuskan
Di tahun ini, saya pun belajar bahwa kita manusia boleh
berharap dan berusaha mewujudkan impian kita namun Allah jualah pemilik
segalanya. Hal ini menjadi satu periode pendewasaan untuk diri saya. Salah
satunya adalah harapan memiliki sebuah day care. Di tahun 2017, rencana ini
belum bisa terwujud dan mungkin tahun depanpun sulit dilaksanakan. Tapi saya
sudah menabung harapan itu di sini,
suatu saat nanti jika Allah mengijinkan mungkin akan terwujud.
Laa Hawla Wa Laa
Quwwata Illa Billah
Hamba tidaklah bisa berbuat apa-apa dan tidak bisa menolak
sesuatu, juga tidak bisa memiliki sesuatu selain kehendak Allah
Belajar hingga ke
negeri Seberang
Saya bersyukur dan berterima kasih pada sahabat saya Mas Leo
yang telah memberi kesempatan pada saya belajar
“Gender Based Violence in Emergency” di Philipina. Ini memberi saya ilmu
yang tak ternilai harganya, baik dari sisi perjalanan maupun konten trainingnya.
Alhamdulillah dan terima kasih mas Bro. Cerita sampingannya ada disini.
Me time
Siapa yang butuh me time? Saya!! Untuk ibu dengan anak 4
yang mengurus anaknya tanpa pembantu, liburan adalah hal yang penting. Segitu
pentingnya agar si-emak tetep waras, bahkan membuatnya rutin saja sulit. Kadang
lelah itu memang harus dihayati. Namun, saya beryukur, Allah memberi kesempatan
saya untuk berquality me time dengan balutan penugasan TSR dari PMI dan
mengajar di kampus. Sharing ilmu dapet, ketemu
sahabat dan teman baru_dapet, refreshment pun dapet. Alhamdulillah.
Family is number One.
Gagasan utama dari kaleidoskop 2017 ini sebetulnya adalah
keluarga. Seluruh hari-hari saya berisi tangisan dan tawa anak-anak saya. Rasa
syukur atas kesehatan dan pencapaian-pencapaian mereka. Air mata yang tumpah
ketika anak lelaki saya sempat hilang 3 jam dan ternyata ditemukan di rumah
ketika dia memutuskan untuk berjalan kaki dari sekolah ke rumah yang berjarak
13 km, cinta kasih ibuk yang tak
habisnya. Banyaaaaakkkk banget berkah yang hadir di hidup saya dari keluarga.
Alhamdulillah.
Sebagai penutup tulisan tentang kaleidoskop 2017, saya
beryukur pada ALLAH SWT
Tubuh yang sehat dan ilmu yang bermanfaat
Atas suami yang ganteng, sehat dan baik hati (Semoga kita selalu samara, menjemput senja berdua hingga tutup usia kita)
Atas anak-anak yang cantik-cantik, ganteng, sehat dan ceria
Atas ibuku tersayang yang sehat dan selalu menyuport saya.
Atas ibu dan bapak mertua yang sangat baik, sehat dan selalu
mendoakan keluarga saya
Atas kakak dan adik-adik lelakiku yang luar biasa keren.
Terima kasih atas persaudaraan kita. Dulu kita sering berantem, tapi sekarang
kita sangat kompak. Alhamdulillah. Dari sini, saya memahami arti sebuah konflik
masa kecil. Berantem itu normal. Jadi saya biarkan anak-anak saya mengalami
fase ini. (Bisa jadi ada yang setuju dan ada yang tidak).
Atas kakak ipar dan adik ipar yang cantik-cantik dan baik, keluarga bani murjo yang kompak. Alhamdulillah
Atas para sahabat yang hadir dan menemani dimanapun kalian
berada.
Alhamdulillah.
Jadi, apa refleksimu di tahun 2017?
Bagi di komentar ya.
5 Komentar untuk "Kaleidoskop 2017 : Sukses itu Senilai dengan Rasa Bahagia."
Keren postingannya
tahun 2017 kemarin saya masih berantakan memanajemen waktu sebagai ibu baru. pengennya sih tahun ini lebih teratur. selamat ya, mbak atas pencapaiannya di tahun kemarin
terima kasih bman dan mbak antung sudah berkenan mampir. mbak antung, aamiin
Alhamdulillah.. apapun itu bentuk suksesnya aku yakin mba udah sukses karena merasa bahagia dg yang mba punya sekarang :)
2017 yang seru, ya, mbak
Posting Komentar