5 Hal yang membuat kami betah tinggal di Semarang
![]() |
Genk Umar setelah hampir 3 tahun tinggal di Semarang |
Setiap manusia
memiliki keterikatan dengan tempat, oleh karena itu dia akan sulit move on dari
mana dia berasal. Ini disebut dengan place
attacement. Place attacement
membuat orang ingin selalu kembali ke tempat tersebut. Meskipun, setiap orang
memiliki penghayatan yang berbeda-beda atas keterikatan tersebut. Di masyarakat
Indonesia, hal tersebut dipelihara melalui budaya “mudik” yang beramai-ramai
dilakukan untuk pulang ke kampung halamannya masing-masing.
Saya pun
memiliki keterikatan yang sangat erat dengan kampung halaman saya di Pati, Jawa
Tengah. Oleh karena itu, selama hampir 16 tahun tinggal di Bogor-Depok, kami
selalu menyempatkan mudik. Dan keinginan pulang kampung halaman tidak hanya
sekedar sementara. Hal ini menjadi doa yang selalu kami panjatkan sejak lama.
Agar kelak kami bisa pulang ke Semarang. Mendekatkan diri ke kampung halaman
kami. Saya bisa mudah pulang ke rumah orang tua di Pati, dan suami ke rumahnya
di Wonosobo.
Akhirnya doa
ini terjawab. Suami mendapatkan kesempatan dipindah tugas ke Semarang. Dan bagi
saya, ini merupakan kesempatan untuk dekat dengan ibu yang waktu itu sedang
sakit-sakitan, karena kepergian almarhum Bapak dan penyakit jantung yang
dimiliki ibu.
Setelah hampir
3 tahun tinggal di Semarang, rasa cinta dengan kota atlas ini memang belum
sebesar rasa cinta saya dengan Bogor-Depok-Jakarta. Tapi, kami sekeluarga sangat
betah tinggal di kota ini. Berikut adalah lima hal yang membuat kami betah
tinggal di kota Semarang.
Pertama, tenang dan bebas macet
![]() |
Kota yang macet bikin pusing, ya? Foto di Bangkok, waktu jam pulang |
Sebagai
salah satu kota metropolitan dan ibu kota provinsi Jawa Tengah, saya merasa
Semarang mewakili kebutuhan kami dalam banyak hal. Kegempitaan kota, kemajuan
yang cukup cepat dan informasi yang bisa diakses baik online maupun ofline.
Tidak begitu tertinggal dari kecepatan kota Jakarta. Namun, bedanya Semarang
dan Jakarta adalah tenang dan macet. Jika sebagian penduduk Semarang bilang
kota ini sudah sangat ramai dan macet, maka saya sebagai pendatang yang lama
tinggal di Jakarta, kota ini jauh lebih tenang dan bebas macet. Paling banter
hanya ramai lancar. Dua hal ini tentunya memudahkan bagi kami untuk menikmati
banyak waktu dan kegiatan, karena akses yang lebih cepat. Tidak perlu bertambah
tua di jalan. Begitu kata orang Jakarta
Kedua, Fasilitas pendidikan yang memadai
![]() |
Sekolah di SD Negeripun bisa membuat anak berprestasi Zahira juara umum 3 putri, LGAK tingkat kota Semarang tahun 2018 |
Ketika
tinggal di Depok, saya menyekolahkan anak di sekolah swasta. Tentunya dengan
beberapa pertimbangan biaya dan kualitas yang didapatkan. Nah, ketika di
Semarang, hal ini menjadi pertimbangan penting. Maklum, meskipun status pegawai
tetap tetapi saya yang tadinya bekerja menjadi bekerja (dari rumah) dengan
porsi pendapatan yang berubah, maka penghasilan kami pun berubah. Sistem
keuangan bak telur orak arik di awal-awal perlu mendapatkan tambahan bumbu biar
lebih enak. Termasuk bagaimana menyesuakan dengan pendidikan anak.
Kami
melakukan survei ke beberapa sekolah di Semarang. Sekaligus untuk ke-empat anak
kami yang semuanya memasuki usia sekolah. Alhamdulillah, kami mendapatkan
sekolah TK, SD, SMP yang terbaik di lingkungan Banyumanik. SD dan SMP untuk
anak kami adalah sekolahan negeri. Dari biaya tentu sangat terjangkau dan dari
kualitas, tidak kalah dengan sekolah swasta unggulan lainnya. Untuk TK malah
yang paling mahal, ya karena swasta dan langsung 2 anak kembar ya. Porsinya
sedikit berbeda. Tetapi, tetap jauh lebih murah dibanding sekolahan di Jakarta.
Ketiga, Biaya hidup relatif lebih murah dibanding di Bogor-Depok-Jakarta
![]() |
Harga rumah relatif, tetapi fasilitas yang didapatkan lebih baik dibandingkan di Jakarta |
Oke,
bagaimana ya membandingkannya. Selain biaya inflasi yang berbeda antara 3 tahun
lalu di Jakarta dengan jaman sekarang di Semarang, saya merasakan biaya hidup
relatif lebih murah. Kenapa relatif, ya tentunya untuk barang-barang tertentu
masih sama. Yang membedakan khususnya untuk makanan. Kalau di Semarang, membeli
penyetan di bawah 10ribu masih ada. Kalau di Jakarta, sepertinya itu mustahil.
Keempat, Dekat dengan keluarga besar
![]() |
Bisa sering mudik ke Wonosobo dan "bermain" di Alun-alun yang kece dan sejuk. |
Silaturahmi
membawa rizki. Dan tinggal di Semarang, kami bersyukur bisa sering silaturahmi
ke keluarga besar. Baik dari keluarga besar saya ataupun suami. Tentunya ini
menyenangkan buat kami, dan semoga rizkinya semakin bagus, ya.
Kelima, Kualitas hidup relatif lebih baik
Bahasan
kualitas hidup selalu menjadi diskusi pribadi antara saya dan suami. Dalam
beberapa periode kami selalu mengevaluasi apa yang sudah dan belum kami rasa
dan peroleh untuk perbaikan. Salah satunya adalah dengan pertanyaan “Pah,
apakah merasa hidup kita lebih baik dengan tinggal di Semarang?”
Dan jawabannya selalu “Iya.”
Salah satu indikator kualitas
hidup yang lebih baik yaitu tingkat stres yang lebih rendah. Tinggal di
Jakarta, cepet dapat uang tetapi cepet habis juga. Bukan karena tidak pintar
menabung. Tetapi sebagian besar uang dipakai untuk mereduksi stres harian yang
dihadapi, akibat macet, polusi, kerawanan dll. Banyak keinginan untuk jalan dan
menghilangkan stres di akhir minggu. Dan lebih sering larinya ke mall.
Berbeda dengan di Semarang. Kami
sudah mulai mengurangi gaya hidup hura-hura dengan ke mall. Jika harus
rekreasi, di Semarang banyak sekali destinasi wisata alam yang murah meriah dan
memberikan tabungan kenganna yang lebih baik dari pada ke mall. Dan ini adalah
salah satu indikator kualitas hidup yang lebih baik dengan tinggal di Semarang.
Untuk itu, seorang teman yang
masih tinggal berjauhan di Jakarta dan Semarang (LDR dengan pasangan) mungkin
bisa memilih untuk menetapkan tempat tinggal di Semarang. Karena banyak hal
positif dengan tinggal di kota ini. Seperti yang saya rasakan.
Salam positif
4 Komentar untuk "5 Hal yang membuat kami betah tinggal di Semarang"
Bagiku yang tinggal di pegunungan, lewat Semarang adalah kemacetan melanda. Jadi nggak bisa bayangi Jakarta Mbak. Tapi wisata sekitaran rumahku yang full mau nggak mau radius 3 km kalau Sabtu Ahad sekarang juga macet Mbak. Hehehe, semoga kerasan di Semarang ya Mbak, dan setuju banget ada tempat yang bikin kita selalu ingin kembali. Kalau dakuw sendiri ke Yogya Mbak :)
Iya Semarang macetnya sebenernya masih di itungan jam2 bubar kantor atau sekolah gitu sih. Cuma kalo dibandingin sama dulu ya tetep tambah rame. Betah2 di Semarang ya mbak.
wah, bener jg ya. di jakarta itu tingkat stress tinggi, biaya hidup tinggi. saya pun mau menghabiskan masa tua di tempat yg jauh dr hingar bingar spt lembang misalnya.
Alhamdulillah makin betah di Semarang ya mba.. Buatku sendiri..Semarang selalu ngangeni..hehe
.
Posting Komentar