Bunda, Yuk Simak 5 Cara mengelola Stres Ketika Tinggal di Rumah saat Social Distancing Mencegah Pandemi Covid 19.
![]() |
Sumber: Google |
Perkembangan terkini Covid-19 di Indonesia
Mari berdoa, semoga Allah
SWT selalu memberikan perlindungan kepada kita semua, ya. Apalagi di situasi
krisis saat ini. Bahkan Indonesia
telah ditetapkan sebagai bencana nasional non alam pandemi Covid-19 atau
Corona Virus Tahun 2019. Beberapa hari yang lalu ada yang bertanya, apakah kita
dalam situasi darurat atau bencana? Tentang krisis, darurat dan bencana bisa
dibaca disini.
Perkembangan kasus Corona per tanggal 19 Maret 2020 jumlah kasus terkonfirmasi yaitu
sebanyak 308 orang. Dan dari melihat pola pertambahan kasusnya, penambahannya
tidak lagi linier tapi eksponensial. Artinya pertambahan kasus setiap harinya memiliki karakter pada masa-masa awal, pertumbuhan yg dicapai
lumayan kecil/moderat. Namun setelah itu kecepatan pertumbuhannya melesat
tinggi. Bahkan jika dibandingkan dengan model pertumbuhan linier, kecepatan
pertumbuhan eksponensial dpt melampaui kecepatan pertumbuhan linier (https://id.quora.com/, 2020) .
Jadi, kita memang harus mematuhi anjuran pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun daerah dalam menghadapi bencana ini. Patuh dan taat,
dalam berikhtiar. Seperti salah satunya dengan aturan social distancing.
Bagaimana setelah 5 hari fix berada di rumah?
Kota
Semarang telah memberlakukan kebijakan social distancing sejak 16 Maret 2020. Hal ini tentunya mengingat Jawa Tengah adalah daerah daerah terbanyak no 4 terbesar di
Indonesia dengan pasien terkonfirmasi Covid 19 setelah DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Kebijakan pertama yang langsung berpengaruh
pada saya selaku ibu yaitu kebijakan sekolah di rumah. Pastinya ibu-ibu yang
lain juga langsung terasa dampaknya. Dan kini, setelah lima hari fix di rumah (per tanggal 20 Maret 2020),
apakah mulai terasa capek, lelah, bingung dan bahkan marah? Jika iya, maka Bunda bisa saja mengalami gejala-gejala stres berada di rumah.
Mengenal sedikit tentang Stres
Stres
memiliki beragam definisi. Salah satunya yaitu dari Palang Merah Indonesia
(2007) yang menjelaskan stres sebagai kondisi penuh tekanan baik yang berasal dari luar maupun dalam diri individu, yang mengakibatkan terganggunya keseimbangan hidup, sehingga menuntut individu melakukan penyesuaian secara fisik dan psikologis.
Sumber Stres Bunda saat (hanya) Tinggal di Rumah
Hal-hal
yang menyebabkan stres atau sumber stres dikenal dengan istilah stressor. Stressor
bisa berasal baik dari dalam diri sendiri ataupun dari luar (lingkungan). Stressor
ini sifatnya sangat subjektif, yang berarti masing-masing orang bisa berbeda.
Sama-sama harus tinggal di rumah selama masa Social Distancing, sumber stres setiap ibu bisa saja berbeda. Hal
ini tergantung bagaimana setiap orang memaknai keadaan yang terjadi padanya.
a. Tinggal di rumah saja sebagai sumber stres
Tipe orang berbeda-beda. Ada yang
introvert dan ekstrovet. Bagi kaum introvert, hanya diam saja di rumah bukanlah
menjadi soal, karena sejatinya mereka adalah kaum soliter. Mereka justru
mendapatkan energi dan kebahagiaan dengan sendiri dan jauh dari kerumunan.
Namun sebaliknya dengan kaum ekstrovert. Oleh karena itu, kebijakan social
distancing pasti langsung berdampak pada mereka.
b. Menjadi guru dadakan karena anak-anak belajar di rumah
Setelah kebijakan belajar di
rumah, orang tua akan mendapat panduan dari sekolah tentang bagaimana
c. Menjadi koki seharian plus Naiknya harga kebutuhan pokok
Ini sendiri sudah dua sumber stres. Harga kebutuhan pokok saat ini cenderung meningkat, mengingat
hukum ekonomi permintaan dan
penawaran. Permintaan meningkat tidak hanya ketakutan pada wacana
lockdown tapi
juga karena anak-anak tinggal di rumah. Dengan tinggal di rumah, anak-anak saya
enjoy
belajar sambil sesekali rebahan dan nonton tv. Tapi permintaan mereka tentang jadwal
makan tidak
boleh dirubah. Bangun tidur, anak-anak mandi lalu setelah aktivitas
pagi, ada jadwal sarapan.
Selanjutnya jam 10 jadwal makan istirahat pertama, selanjutnya jadwal makan
istirahat kedua,
makan siang, makan sore, makan malam. Kebayang, kan. Menjadi
koki dengan jam kerja
seharian.
d. Berubahnya cara sosialisasi dengan sahabat
Yang biasanya bertemua seminggu sekali dengan
teman-teman, atau bahkan setiap hari (bagi yang bekerja di luar) lalu berubah
menjadi tak bertatap muka, bisa jadi menimbulkan kerinduan bersosialisasi
Gejala-Gejala Stres
Tubuh akan menunjukkan reaksi atas stres yang dialami. Hal
tersebut dikenal sebagai stres response. Gejala-gejala yang biasanya tampak pada saat
stres yaitu:
- Perubahan fisik seperti sakit kepala, keluar keringat dingin, diare, flu, jantung berdebar-debar, dsb
- Perubahan emosi, munculnya rasa takut, bingung, sedih, dll Nah suka marah adalah salah satu gejala stres yang ditunjukkan seperti di meme di atas.
- Perubahan pola tidur
- Perubahan pola makan
Dampak Stres (Positif dan Negatif)
Kadang
orang langsung mengambil kesimpulan kalau stres itu pasti berdampak buruk untuk
seseorang. Pemahaman tersebut ternyata salah. Selain berdampak negatif,
ternyata stres ini juga memiliki sisi positif. Salah satu yang saya rasakan,
dengan memahami fakta Covid-19 ini, saya jadi tahu bagaimana pentingnya kita
mengatur jarak sosial dengan orang lain. Salah satu keputusan saya yaitu
(mengikhlaskan) mbak yang biasa membantu di rumah (asisten rumah tangga) untuk
sementara waktu berhenti. Dan pastinya pekerjaan domestik harus kami lakukan
sendiri. Namun dengan pengertian dari semua anggota keluarga, akhirnya kami
bisa melakukan semua pekerjaan domestik ini bersama-sama.
Sebagai
contoh, saat ini anak lelaki saya yang
berusia 10 tahun kami beri tanggung jawab membantu di masalah per-bajuan_ (dari
mulai merendam baju, menjemur baju, mengambil baju dan membantu melipat, sampai
mendistribusikan ke lemari masing-masing orang). Dalam kondisi normal, mungkin akan
banyak keluhan darinya. Nyatanya, hingga hari ini tidak ada komplain apapun,
yang berarti oke-oke saja.
Namun, ketika
tinggal di rumah selama periode ini , menjadi stres yang berdampak negatif,
maka dia akan perpengaruh pada pikiran, perasaan, kondisi fisik dan perilaku
seseorang. Yang paling berbahaya yaitu jika kemudian stres ini ditambah dengan kecemasan
yang berlebihan. Psikolog dalam bidang Psikoneuroimunologi telah membuktikan
bahwa keadaan mental berpengaruh terhadap kondisi fisik, salah satunya adalah
kecemasan dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh (HIMPSI, 2020). Nah, artinya
penting banget buat kita mengelola stres dengan baik.
5 Cara mengelola Stres Ketika Tinggal di Rumah
Jika stressor itu bersifat
subjektif, maka coping stres juga berlaku hal yang sama. Stres dapat
dimodifikasi/ diubak, baik secara langsung melalui tindakan nyata atau dengan
mengelola pikiran dan emosi.
Pertama, Perlu diingat bahwa reaksi-reaksi yang muncul karena stres adalah reaksi yang normal dalam situasi yang tidak Normal.
Artinya kita tidak perlu bereaksi yang
berlebihan karena bingung ada banyak tambahan tugas ketika anak-anak belajar di
rumah bersama kita. Tetap tenang karena memang kita sedang dalam situasi yang tidak
normal. Ketenangan ini menjadi cara pertama yang baik untuk saat ini.
Kedua, lakukan aktivitas atau kegiatan yang menyenangkan buat Bunda.
Setiap orang memiliki pilihan masing-masing. Ada yang suka
menghabiskan waktu dengan bernyanyi, menonton film, drakor maupun dorama, ada
pula yang menekuni hobi seperti merajut, menjahit atau menggambar. Apapun itu,
lakukan saja, Bunda. Temukanlah alasan kenapa Bunda menyukai aktivitas
tersebut. Tentunya aktivitas yang dipilih adalah yang bisa dilakukan di rumah,
ya.
Nah, kalau saya, saat ini mulai melakukan lagi menulis. Yang
bagi saya, menulis itu menyenangkan. Dan saya bisa menghabiskan banyak waktu
tak terasa ketika menyelesaikan sebuah ide atau sekedar curhat lewat tulisan.
Writing as healing, ayo adakah disini yang serupa?
Ketiga, Terapkan pola hidup bersih dan Sehat: Makan Sehat, Istirahat yang Cukup, Berjemur
Disini ada nggak yang berubah
jadi makan banyak kalau stres? Atau sebaliknya, malah jadi nggak nafsu makan,
misal kalau pas mendekati hari-hari ujian? Nah itu adalah perumpamaan ketika
ternyata stres bisa mempengaruhi kebiasaan makan kita. Dalam situasi saat ini,
penting buat kita mempertahankan pola makan sehat. Ada banyak artikel yang
merekomendasikan makanan yang sehat dalam menghadapi Corona-19. Ingat ya, ambil
informasi yang benar. Lalu, misal kalau
stres kita cenderung suka makan, maka siasatilah dengan mengkonsumsi camilan
yang sehat. Misal dengan menyemil buah atau sayuran. Sehat sudah pasti itu.
Kurang tidur terkadang juga
membuat orang stres. Dalam situasi seperti ini, manfaatkan waktu di rumah untuk
memenuhi hak tubuh untuk beristirahat. Tentunya juga untuk meningkatkan
kekebalan tubuh kita.
Banyak
sekali manfaat berjemur di pagi hari. Saya tidak akan mengupas tentang
kaitannya dengan Corona, namun berjemur juga bisa menjadi salah satu kegiatan
pembelajaran anak di luar rumah. Tepat sekali, kan.
Keempat, Mengelola informasi yang kita terima
Terlalu membaca informasi kadang
membuat kita tambah bingung kan, Bunda? Apalagi banyaknya hoaks yang
berseliweran membuat kita tambah takut. Oleh karena itu, penting buat kita
mengelola informasi yang kita dapatkan. Caranya bagaimana? Yaitu dengan mendapatkan
informasi yang terpercaya mengenai
covid-19. Dari sumber yang benar, informasi yang tepat dan memadai dapat
membuat kita lebih tenang dan percaya diri.
Yang penting pula, janganlah kita ikut-ikutan menjadi
penyebar hoaks. Bila ada informasi yang membuat takut/cemas jangan meneruskan
info tersebut ke teman yang lain. Akan bagus lagi kalau kita sempat mengkonfirmasi
informasi tersebut ke lembaga/institusi yang terpercaya. Gunakan media
elektronik atau media sosial untuk melakukan konfirmasi.
Kelima, Tunaikan kebutuhan perempuan untuk Bicara
Banyak orang bicara kalau kaum kita itu cerewet, Bunda.
Benar nggak ya? Kalau menurut saya sih enggak, hehehe. Tapi memang berbagai
referensi menyebutkan kalau kaum perempuan bicara 20 ribu kata perhari
sedangkan laki-laki hanya 7.000 kata. Nah, kita kan biasa kumpul dengan teman,
sahabat, pas belanja itu sambil ngobrol. Lalu bagaimana saat kita hanya berada
di rumah? Jangan sampai kebiasaan aka kebutuhan berbicara ini berubah menjadi
omelan ke anak atau suami yang sedang di-WFH(Work From Home) kan. Caranya, kita bisa memanfaatkan sosial media
group untuk tetap terhubung dengan sahabat, sambil melakukan obrolan-obrolan
ringan. Jangan melulu membahas Corona, ya. Nanti tambah famous dia, hehe.
Nah, itu adalah lima cara mengelola stres di rumah saat
social distancing seperti sekarang ini. Setiap Bunda pasti punya cara yang
ampuh, ya. Kalau Bunda, caranya seperti apa? Komen di bawah ini, ya.
Referensi
1. Manual PSP Palang Merah Indonesia (2007)
2. Edaran Himpsi tentang Tetap Sehat dan Keluar dari
Kejadian Luar Biasa Covid-19 dengan Psikologi (2020)
1 Komentar untuk "Bunda, Yuk Simak 5 Cara mengelola Stres Ketika Tinggal di Rumah saat Social Distancing Mencegah Pandemi Covid 19."
karena terbiasa sering sosialisasi dengan orang banyak, sejak adanya corona hingga social distancing, membuat saya stres. saya harus adaptasi dengan keadaan ini
terima kasih tips-nya.
Posting Komentar