Bagaimana Membantu Anak Introvert yang Menangis dan Meluapkan Masalahnya (Serial Positif Parenting)

Sumber: Pinterest

Di kala pandemi Corona virus ini, banyak orang tua yang terpaksa dan harus ikhlas berada di rumah saja dengan anak-anaknya. Aneka perubahan dan penyesuaian pun telah terjadi. Seperti  melihat langsung bagaimana anak-anak mendapatkan masalah ketika hanya berkutat di ruang itu lagi itu lagi; yang kangen dengan nenek, keluarga dan teman-teman; kebingungan mengatur jadwal baru dan mengerjakan banyak tugas online; hingga mungkin ada yang frustrasi berkelahi seharian antar saudara di rumah. Belum lagi jika anak-anak mereka memiliki kepribadian yang beragam. Katakanlah ada yang introvert dan ekstrovert jadi satu.  Wow ramai, ya!
Seperti sebuah peristiwa yang saya alami baru-baru ini. Anak pertama saya yang berusia 14 tahun adalah si introvert, yang cenderung pendiam. Sore ini dia mendapat telp dari ibuku yang berada di kampung. Ibuk bilang dia sedih (menangis) dan kangen ketika mendengar rekaman nyanyi lagu anakku yang dikirimkan melalui whatsapp group. Tak disangka, tiba-tiba anakku menangis sesenggukan dan membuat semua orang yang melihatnya kebingungan.
Lalu apa yang bisa dilakukan orang tua menghadapi hal ini? Bahkan berusaha dengan bertanya pun tidak akan mendapatkan jawaban. Maka inilah yang saya lakukan, mengadapi Sang  introvert  tiba-tiba menangis dan mengajak berbicara tentang masalah yang dihadapinya.

Awali dengan memahami apa itu introvert.

Jung menyatakan introvert sebagai sebuah tipe kepribadian yang fokus pada perasaan dan pemikiran dirinya sendiri, sedang ekstrovert kebalikannya. Introvert lebih suka menyendiri sedangkan ekstrovert perlu bersosialisasi dengan banyak teman untuk merasa bersemangat. Sebagai orang tua sebetulnya kita bisa mudah mengenali tipe anak kita karena sehari-hari kita berinteraksi dengannya. Maka cobalah untuk memahaminya dengan mengetahui kebiasaannya, kesukaannya dalam berteman dan bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah-masalah hidupnya.

Terima perasaan anak

Menangis adalah luapan emosi, bisa kesedihan,, kemarahan dan kekesalan. Ketika anak kita menangis, maka kita selayaknya menerimanya dengan supportif.  Mengucapkan, "Jangan menangis, tidak baik." atau "Berhentilah menangis!" adalah reaksi spontan dari sebagian besar orang dewasa ketika anaknya menangis. Namun, sebetulnya dengan "meminta" berhenti menangis bukan berarti perasaannya hilang begitu saja. Dia justru akan merembes atau meledak dengan cara yang berbeda. Seperti berteriak atau perilaku agresif lain atau malah cenderung menutup diri yang justru akan membuat anak lebih tertekan.
Kita perlu menerima bahwa menangis adalah bentuk luapan emosi, dan emosi itu normal. Berlaku empati dengan memahami kalau kita dalam posisi dia, mungkin kita akan menunjukkan reaksi yang sama.

Tetap menemani agar dia merasa aman

Menemani anak di saat dia sedih adalah pesan yang ingin mencoba bilang bahwa-dia nggak sendiri. Saya menemani anak yang menangis selama 1 jam di sampingnya sambil melihat film kesukaannya. Saat itu, dia terlihat tetap menangis di 30 menit pertama. Lalu, datanglah anak saya yang terkecil dan menawarkan coklat. Coklat itu saya berikan kepada anak pertama saya dan dia menerimanya. Meskipun tetap dengan sambil menangis, ya. Di situ saya menangkap, bahwa kami tetap berkomunikasi meskipun hanya non verbal, dengan memberikannya sebuah coklat manis.

Bicara hanya pada saat yang tepat

Anak introvert akan merasa semakin tertekan jika dia ditanya secara bertubi-tubi. Meskipun sebagai orang tua kita ingin segera mengetahui kenapa dia menjadi tiba-tiba menangis? Ketika tahu masalah yang diadapi dengan segera, maka kita (merasa) bisa mencari solusi yang tepat.  Namun, anak introvert cenderung tidak menyukai kebisingan dan menyukai keheningan. Oleh karena itu, berbicara hanya pada saat yang tepat setelah emosi diungkapkan dengan tepat adalah pilihan yang baik.
Nah, demikian cara yang bisa dilakukan untuk mengajak anak introvert berbicara dan meluapkan masalahnya. Dan untuk kisah saya, setelah 1,5 jam berlalu, akhirnya dia mau bicara dan mengungkapkan apa yang diinginkannya. Cukup sederhana sebetulnya, hanya butuh sedikit kesabaran dan sepotong coklat hijau, hehe.
Semoga Ayah dan Bunda juga bisa mensupport anak-anak kita apapun tipe dan permasalahan mereka, ya. Tetap semangat!

Salam sehat dan positif parenting.
Semarang, 5 Mei 2020
Yuli Arinta Dewi


               

14 Komentar untuk "Bagaimana Membantu Anak Introvert yang Menangis dan Meluapkan Masalahnya (Serial Positif Parenting)"

Yuniari Nukti mengatakan...

Ah ini yang sedang dialami oleh ponakan saya. Supaya bisa dekat, saya berusaha mendekatiya dan mengajak bicara dari hati ke hati. Memancing apa yang sedang dirasakan supaya uneg-unegnya keluar semua

Demia Kamil mengatakan...

waaah terima kasih info dan sharingnya ya mbak, ini berguna banget, mau aku share juga aah ke temen temenku hihi

Ulihape mengatakan...

Iya ya memang tricky banget ngadepin anak introvert tapi bener jangan malah didiamkan ya

Annafi mengatakan...

Ibuku tahu aku introver, tapi kakak-kakaknya nggak 🙁 waktu kecil tiap ketemu dicerca pertanyaan biar aku ngomong

Rasanya tenaga terkuras kalo ngobrol sama mereka (topiknya ga menarik juga sih)

Bambang Irwanto mengatakan...

Dari cerita Mbak Yuli memang harus sabar dan butuh waktu menghadapi anak introvert ya, Mbak. Dan memang menangis itu merupakan luapan emosi yang membuat hati lega. Hanya terkadang saat masih kecil, ada orang tua yang langsung membentak anaknya saat menangis, sambil bilang, anak cengeng atau kalau anak laki-laki, dibilang tidak boleh menangis.

Mei mengatakan...

thanks kaka untuk tipsnya sangat bermanfaat dan membantu banget, aku punya ade dan keponakan yang introvert jadi harus hati-hati memperlakukan mereka. kebetulan mereka sangat dekat dengan aku, cuman sama aku mereka mau berbagi gitu, mungkin kesabaran aku lebih besar dari mamanya hahahah, tapi ini aku jaid belajar kelak kalau anak-anakku introvert aku jaid tahu bagaimana memperlakukan mereka

diane mengatakan...

Yes...apa pun type anak-anak kita..sudah menjadi tugas kita ya untuk selalu ada di saat mereka membutuhkan..Apalagi ketika mereka pengen curhat atau menumpahkan kekesalan tentang lingkungan pertemanannya..

Achi Hartoyo mengatakan...

Aku dulu merasa introvert, makin ke sini makin tersiksa, apalagi saat bekerja yang harus berhubungan dengan banyak orang. Alhamdulillah sekarang bisa menyesuaikan diri

Joko Yugiyanto mengatakan...

Belajar memahami anak balita itu susah susah gampang karena dia udah bisa manipulasi. Contoh aja nih Ipin Upin dipindah dia nangis. Berapa menit kemudian udah ketawa

Ovianty mengatakan...

Menjadi orang tua memang harus selalu belajar. Apalagi anak introvert memang harus didekati dan sabar. Supaya bisa memahami perasaannya dan dia merasa nyaman dengan orang tuanya. Kalau dipahami, anak introvert bisa tumbuh dengan ceria.

Farichatuljannah mengatakan...

beda anak beda cara menghadapinya ya.. and this is nice info

Uniek Kaswarganti mengatakan...

Thanks untuk tipsnya mba. Kebetulan anakku tipe yg blak-blakan, selalu mudah menyampaikan apa saja yang dipikirkannya.
Justru yg cowok nih, yg anak nomer dua, rada2 introvert klo dilihat dari kecenderungannya tak mudah menyampaikan perasaan.

Dede Ariyanto mengatakan...

Wah ilmu yang bermanfaat nih terutama buat mereka yang kebetulan punya anak introvet. 😎👍🏻

Hida mengatakan...

Wah..saya banget ini introvert. Paling gak suka ditanya-tanya kalo lagi sedih. Maunya menyendiri dulu biar rada tenang.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel