Bagaimana Travelling Membuat Kita Bisa Tetap Produktif?
Mengunjungi Aceh dengan Masjid Baiturrahman yang Megah
Sumber: Dokumen Pribadi, Penghujung 2020
Apa yang
menjadi kunci sukses produktivitas? Jika pertanyaan ini diberikan kepada pakar
manajemen dan kinerja, mungkin mereka akan membagikan perspektif seputar tujuan
(goal setting), manajemen waktu, leadership dan lain lain. Namun saya
ingin membagikan satu perspektif yang berbeda terkait dengan produktivitas
dalam bekerja. Satu hal yang terkait dengan “keseimbangan antara pekerjaan dan
pribadi” yang sangat penting dalam membangun kesehatan mental pekerja.
Banyak literatur
yang mengkaitkan kelelahan emotional pegawai dengan penurunan kinerja. Salah satu
teori yang terkait yaitu burnout. Istilah burnout pertama kali diutarakan dan diperkenalkan kepada masyarakat
oleh Freudenberger pada tahun 1973 (dalam Freudenberger, 1989). Pines dan Aronson melihat burnout sebagai kelelahan secara fisik, emosi dan mental karena
berada dalam situasi yang menuntut secara emosional.
Pada umumnya,
burnout ini terkait dengan lingkungan
pekerjaan, namun dengan semakin meningkatnya dunia usaha, pekerjaan tidak hanya
di lingkungan formal tetapi juga terkait dengan bidang informal, seperti
pelayanan jasa, kesehatan, keluarga dll. Dalam bekerja dengan bidang pelayanan,
menghadapi tuntutan dari penerima jasa secara terus-teruskan dapat menyebabkan
tuntutan emosional (emotionally demanding). Dalam jangka panjang, individu yang
mengalami kelelahan ini akan tentunya akan mengalami penurunan produktivitas.
Awa,
Plaumann, dan Walter (2009) menyatakan
mencegah dan mengurangi burnout dalam lingkungan kerja adalah hal yang sangat
penting karena tidak hanya berkaitan dengan kualitas hidup bagi mereka yang
terkena maupun beresiko mengalaminya, namun juga mencegah kehilangan secara
ekonomis akibat dari absenteeism dan turn-over
pekerjaan.
Schaufeli dan
Enzmann (1998) menyatakan pendekatan individual dilakukan dengan mempelajari
metode coping stres yang paling baik
agar individu dapat mencegah efek psikologis yang negatif dari burnout. Pendekatan ini fokus pada
reaksi sesorang pada lingkungan yang penuh tekanan, dengan mengabaikan konteks
di luar individu. Schaufeli dan enzmann (1998) menyatakan pendekatan individual
sesuai tujuannya terbagi dalam dua hal, yaitu untuk meningkatkan kesadaran
(monitoring diri, asesmen diri, dan pendidikan managemen stres) atau untuk
mengurangi hasrat negatif (contohnya dengan promosi hidup sehat, tehnik
kognitif-perilaku (cognitive-behavioral
techniques) , dan relaksasi.
Travelling Sebagai Salah Satu Coping Stres untuk Meningkatkan Produktivitas
Penelitian
membuktikan bahwa menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dan bersantai
adalah salah satu hal penting dalam membangun kesejahteraan dan kepuasan hidup.
Dan sekaligus, liburan serta travelling dapat meningkatkan produktivitas dalam
bekerja. Oleh karena itu di aturan tenaga kerja kita yaitu salah satunya yaitu hak cuti bagi pegawai yang diberikan karena terkait dengan produktivitas.
Stres dan
kelelahan emosional secara signifikan dapat mengurangi produktivitas kerja. Berhenti
sejenak dari rutinitas bekerja dan melakukan travelling untuk menikmati waktu
sendiri/ me time atau berkumpul dengan teman-teman adalah kesempatan baik untuk
relaxs. Biasanya setelah selesai pulang dari travelling, kita akan mendapatkan
energi penuh untuk bekerja dan mampu bekerja secara lebih efektif daripada
sebelum pergi melakukan travelling tersebut.
Travelling dapat memberikan kita
kesempatan untuk menemukan situasi baru. Kesempatan ini dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis sehingga terkadang ide-ide baru akan lebih dapat kita
temukan. Di sisi lain, travelling berdua dengan pasangan juga mampu memperbaiki
pola komunikasi dan sosialisasi. Ketiga hal ini adalah faktor penting dalam
produktivitas bekerja.
![]() |
Sejenak berdua penting untuk komunikasi dengan pasangan Sumber: Dokumen Pribadi |
Bagi saya,
travelling adalah waktu untuk refleksi diri. Tidak hanya menemukan teman dan
tempat baru, namun juga berbicara dan mengevaluasi diri sendiri di tempat yang
berbeda. Kesempatan ini biasanya saya dapatkan jika ada kesempatan penugasan
keluar kota. Menikmati sedikit waktu sendiri, jauh dari rutinitas sehari-hari
selalu saya gunakan untuk self talk. Ini
adalah menjadi permata pengalamanku yang akan terus saya ingat dan memperkaya
hidup.
![]() |
Malang Libary Sumber: Dokumen Pribadi, 2019 |
Belum ada Komentar untuk "Bagaimana Travelling Membuat Kita Bisa Tetap Produktif?"
Posting Komentar