Drama Korea dan Mie Instan: Dua Hal yang Sulit Dipisahkan
Kamu
suka nonton drama korea? Apa drakor favorit yang kamu tonton sekarang? Dan buat kamu siapa aktor drakor favorit yang tak bisa kamu lupain? Wah pasti
senyum-senyum sendiri ya memikirkan jawabannya. Apalagi buat emak-emak
drakorian garis keras. Memajang koleksi foto idola di stories sosial media pun
jadi. Bahkan fenomena drama korea sekarang pun menular ke anak remaja, lho.
Khususnya semenjak sekolah jarak jauh dilakukan. Nah, kali ini saya akan cerita
tentang mie instan, satu kuliner yang sulit dipisahkan dari setiap drama korea
yang ada. Ada sebuah cerita konyol yang saya alami khususnya tentang mie
instan. Berikut kisahnya.
Once upon a time in Bangkok, 2018.
Karena sebuah penugasan, saya mengikuti
sebuah kegiatan selama seminggu di Bangkok. Dengan pengalaman yang minim
travelling ke luar negeriiih, maka saya senang sekali mengikutinya. Pasti akan
menjadi pengalaman yang menyenangkan.
Skip for the travelling story, let me
tell you about how silly I was.
Fakta bicara, saya memang kurang pandai di bidang math dan keuangan. (Eh
tapi waktu S1 dulu pernah lho jadi asdos mikroekonomi dan makroekonomi). Tapi
balik ke passion, sih. Makanyau saya
bersyukur hingga detik ini saya tidak harus bekerja di bidang itu.
Buat saya, masalah hitung menghitung ini ribet, guys. Kalau di rumah, saya bersyukur karena
berpartner dengan auditor kenamaan di seantero jagat dunia geng Umar (used to), dan sekarang terbukti doi
juga tetep concern di fungsional keuangan. Jadi enak banget buat saya.
Tapi, ketika ke luar negeri, tidak ada yang bisa saya andelin.
Saya harus bisa melakukannya sendiri. Nah masalah makan memakan juga begitu.
Biasanya di sebuah kegiatan fullboard itu peserta ditanggung makan pagi (di
hotel), makan siang di kegiatan dan tanpa makan malam. So, kita cari sendiri
lah. Bisa di warung atau restoran. Pokok-nya surganya kuliner itu sebetulnya ada di Indonesia deh. Lo bisa nyari tuh warteg, warung padang
dan pecel lele dengan harga murah dan dijamin rasa sedunia. Dan insyaAllah
halal.
Nah, di luar tuh kita musti menyelamatkan dunia akhirat kita dengan mencari makanan
halal. Jadi, pilihan saya akhirnya pada makanan di minimarket yang berlabel
halal. Nah, beruntung di deket hotel ada minimarket ala-ala indomarxt gitu. Jadilah,
saya nyari makanan disitu.
Prioritas pertama saya nyari label halal. Ada semacam kacang-kacangan dan
mie instan. Cookies juga ada tapi terbatas. Lalu kedua ke rasa, ya. Apa
pedesnya sama ama yang saya suka, apa ada bawang goreng dan kecapnya. Hahaha
ketahuan njowonya yes.
Daaan, sampailah di daftar harga.
Dipilih-pilih dan ditimang-timang. Ah, aman, bayar dan pulang. Setiba di kamar,
saya masih mencoba menakar berapa rupiah sih mie ini dari mata uang bath
tersebut. Kan kalau di Indonesia harganya sekitar 2500-5000an, ye? Nah berpikir
keras deh disitu, konyol kan.
Kalau sekarang lihat mie-mie di drama korea itu, saya jadinya kepikiran deh
ke harga mie yang saya beli itu. Apa setara sama mie rasa korea yang di
"maem" opa Kim Seon Ho di seri Waikiki 2 dan teman-temannya buat
bertahan hidup selama masa pailitnya? Ah, yang jelas saya mah tim Han Ji Peong
aja dengan kebaikan dan ke"unyuannya" di Start Up. Hahaha. Kalau kamu bagaimana? Sulit melupakan mie instan dari drama korea juga? Ceritakan ya di komentar.
Belum ada Komentar untuk "Drama Korea dan Mie Instan: Dua Hal yang Sulit Dipisahkan"
Posting Komentar