Langkah Nyata Mengenalkan Kekerasan Berbasis Gender di Bencana pada Pekerja Kemanusiaan di Indonesia
Fakta bicara mengenai jumlah
kejadian, korban serta dampak bencana terus
meningkat dari waktu ke
waktu. Bahkan di tahun ini (2020), dunia terasa berhenti akibat pandemi
Covid-19. Untungnya, kenaikan bencana juga diikuti peningkatan jumlah lembaga
yang bergerak di kemanusiaan. Begitu juga pekerja kemanusiaan yang bekerja di
dalamnya.
Isu strategis mengenai kekerasan berbasis gender perlu
dikenalkan kepada pekerja kemanusiaan. Paling tidak ada tiga alasan yang
mendasarinya. Fakta pertama meningkatnya resiko kekerasan berbasis gender dalam
bencana (IFRC, 2015); fakta kedua satu dari tiga perempuan usia 15-64 tahun
pernah mengalami kekerasan fisik dan atau seksual selama hidupnya (BPS RI,
2020); ketiga peran penting pekerja kemanusiaan dalam meminimalkan kasus kekerasan
berbasis gender dengan memberikan dukungan dan pencegahan.
Saya mengenal konsep kekerasan berbasis gender dan
seksual di kebencananaan ketika mengikuti South
East Asia SGBV (Sexual Gender Based Violence) in Emergency di Manila pada
tanggal 30 Juli-2 Agustus 2017. Sepulangnya dari sana, pemahaman saya mulai
terbuka. Terlebih di tahun 2018 saya kembali mengikuti Gender
and Diversity Advocacy Training
(11-12 Juli 2018) di Bangkok. Sebagai output dari isu ini, di tahun
yang sama saya beserta tim peneliti melakukan penelitian konten analisis di
salah satu layanan PMI yaitu dukungan psikosial. Hasil dari penelitian ini saya
paparkan dalam 2018 Southeast Asia Disaster Risk Government Academic Seminar di
Bangkok pada tanggal 24-26 September 2020.
Mengenalkan Kekerasan Berbasis Gender dalam Wajah Bencana pada Petugas Kemanusiaan di Indonesia
Gambaran
umum kekerasan berbasis gender dalam wajah bencana dapat dibaca disini. Fenomena
ini adalah gunung es, karena data
yang terungkap tentu saja tidak cukup mewakili fakta yang ada. Oleh karena itu
setelah memahaminya, saya wajib untuk membagikannya kepada orang lain.
Pekerja kemanusiaan adalah orang yang berhubungan langgung dengan penyintas bencana. Dalam pelayanannya, mereka bisa menemukan kasus ini terjadi di pengungsian, ketika pembagian bantuan, ketika berhubungan dengan penerima manfaat dll. Pengetahuan yang baik mengenai pendekatan yang berfokus pada penyintas akan mengurangi dampak lanjutan dari kasus-kasus kekerasan yang ada. Selain itu, sebagai petugas mereka juga bisa mengendalikan diri agar tidak menjadi pelaku dari kekerasan itu sendiri. Oleh karena itu, upaya pengenalan isu ini pada petugas kemanusiaan penting untuk dilakukan.
Melalui mekanisme penugasan pelatih PMI, di tahun 2019
awal saya terlibat dalam pelatihan kepada staf dan relawan seluruh PMI Provinsi
Jawa Tengah. Lalu di akhir tahun 2019
juga terlibat sebagai pelatih di lokalatih Kekerasan Berbasis Gender dan
Seksual untuk Staf dan Relawan se Provinisi Aceh. Hasil dari kedua pelatihan
ini sungguh membahagiakan meskipun perubahan perilaku tidaklah mudah. Minimal
para peserta meningkat pengetahuannya tentang konsep ini dan kemudian mulai “bergerak”
mencegahnya dengan menciptakan lingkungan yang aman dari kekerasan berbasis
gender.
Sebetulnya ada rencanakan melanjutkan edukasi ini ke
beberapa PMI Cabang di Provinsi Aceh pada tahun 2020. Namun, manusia bisa
berencana tapi Tuhan yang menentukan. Edukasi tetap bisa dilakukan namun dengan
cara yang berbeda. Bagi saya, ini adalah suatu kesempatan membagikan informasi
yang baik ini. Agar kita dapat menciptakan lingkungan yang aman, jauh dari
segala bentuk kekerasan berbasis gender dan seksual. Selesai.
13 Komentar untuk "Langkah Nyata Mengenalkan Kekerasan Berbasis Gender di Bencana pada Pekerja Kemanusiaan di Indonesia"
Mungkin bisa di barengin dengan 10 stepnya PLA yang pernah di laksanakan PMI beserta PM Kanada mba....mengsinkronkan pengenalan KBG dengan PLA
MasyaAllah, tabarakallah .. Dari membaca artikel sangat bermanfaat dan mudah dipahami
Ternyata ada ya kekerasan di bencana. Padahal kondisinya sudah sulit menjadi makin sulit
sangat lah bermanfaat untuk mengurangi angka kekerasan di negri ini
kita harus mempertahankan perdamaian
Bermanfaat sekali, membuka sebuah pengetahuan baru,dan dari sini bisa semakin dipahami, betapa kekerasan gender bencana menjadi sesuatu hal yang patut menjadi pemikiran kita bersama, dan agar kita bisa lebih waspada.
Semoga kedepannya bisa berubah dari kekerasan menjadi saling menjaga
MasyaAllah.. artikel ini sangat bermanfaat. Dari sini kita tau, ternyata di zaman modern ini dengan banyaknya wanita karir, masih saja ada kekerasan berbasis gender.
Perlu diadakan sosialisasi, pemahaman dan penyebaran informasi tentang kekerasan sexual berbasis gender ini. Agar pengetahuan masyarakat tentang hal ini bisa disebarluaskan. Sehingga tidak ada lagi perbedaan gender yang menjadikan perpecahan bahkan ketidakdamaian dunia.
Sukses selalu Bu Yuli, terima kasih sudah memberikan informasi yang menakjubkan ini.
Bacaan yang ini sangat bermanfaat bagi kita semua terutama pada petugas kemanusiaan, bisa juga meningkatkan pengetahuan tentang pengenalan kekerasan yang kemudian bisa menciptakan lingkungan yang aman dari kekerasan berbasis gender.
Terimakasih sudah menyajikan tulisan ini. karena kekerasan berbasis gender ternyata masih terus terjadi, dan benar semua itu harus dicegah salah satunya dengan terus memberi pelatihan pada petugas kemanusiaan. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk banyak orang
Bacaan ini sangat bermanfaat sekali, terimakasih untuk penulisnya,. Semoga kekerasan berbasis gender segera hilang dari kuka bumi dan tidak terjadi lagi🙏🏻
Seharusnya orang-orang diluar sana harus banyak membaca artikel bermanfaat seperti ini terutama bagi petugas kemanusiaan. Semoga bisa selalu ditegakkan keamanan dan kedamaian di lingkungan kita🙏🏻
Membaca ini sangat bermanfaat sekali , terimakasih untuk penulisnya , semoga kekerasan berbasis gender ini segera hilang dari muka bumi ini aamiin ��
Posting Komentar